================SELAMAT DATANG==================

Hai Teman teman pecinta Cerita seks, kami memberikan cerita cerita terbaru yang dikirim oleh beberapa teman yang memiliki pengalaman seks untuk dapat dinikmati sebagai hiburan belaka, dan ada pula terselip beberapa pelajaran dalam cerita cerita yang kami berikan. Selamat membaca...

Minggu, 27 Desember 2009

Cerita seks ku dengan Putri

Cerita seks terlengkap. Ini merupakan pengalaman bondage pertama kali saya bersama seseorang. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2002. Ketika itu saya masih menjadi staff baru disebuah perusahaan advertising, yang letaknya di daerah kali bata. Dan saya merupakan staff yang paling muda usianya di kantor tersebut.

Perusahaan tersebut masih tergolong kecil karena staff nya kurang lebih 15 orang. Struktur organisasinya juga sangat sederhana, komisaris, direksi, manager dan bawahan. Kebetulan saya diposisikan pada divisi baru, sehingga saya di bawah direksi saya. Namun karena direksi saya sering keluar kota, maka saya dialihkan ke manager marketing. Namanya Mba Putri.

Mba Putri ini umurnya ga jauh dari aku, hanya selisih 2 tahun saja. Semula karena dia atasan saya, maka saya panggil dia dengan sebutan ibu. Namun dia keberatan sehingga menyuruh saya panggil mba saja. Meski mba Putri ini sudah menikah namun masih terlihat seperti gadis muda. Ditambah dandanannya yang selalu tampil modis dan sexy.

Divisi saya ini adalah divisi baru yang pada saat itu lagi banjir order. Tak jarang pula aku harus menemani mba Putri ke client jika client membutuhkan informasi yang lebih detil. Sering juga pulang hingga larut malam. Berhubung arah rumah kami sama, maka sering juga saya pulang bareng dia.

Pada suatu ketika, dia mengajak saya untuk makan dulu sebelum pulang. Aku iyain saja karena aku sendiri juga lapar pada saat itu. Tidak lama setelah makan, kami pulang, namun entah kenapa dia memutar. Begitu saya tanyakan, ternyata dia lagi males pulang. Dan dia meminta saya untuk menemani nya sebentar.

Namun ditengah perjalanan yang entah ga ada tujuannya, dia curhat, dan bilang kalau senang bersama saya saat ini. Aku tidak menaruh curiga apapun. Namun dia mengejutkan saya ketika dia bilang dia suka saya. Pernyataan tersebut membuat saya diam beberapa saat. Namun mba Putri dengan sabar dan lembut menerangkan kalau hubungan ini pasti akan senang sama senang.

Dan jawaban iya dari ku pun terucap seyara dia berjanji akan memberikan apa yang saya mau asalkan aku juga memberikan apa yang dia mau. Dengan dasar sayang sama sayang tentunya.

Keputusan itu bukan keputusan yang mudah, karena mba Putri sudah menikah. Dan itu yang membuatku pusing memikirkannya. Ditambah lagi dia mengajak untuk pergi ke surabaya. Malam itu juga.

Dengan terpaksa aku menemi dia, karena mobil sudah berada dalam tol gempol. Untung nya hari itu adalah jumat, sehingga besok tidak harus masuk kerja.

Keluar dari jalan tol langsung ke menuju hotel, tepat nya di Novotel surabaya. Aku hanya terima beres saat itu, karena aku ga tau harus berbuat bagaimana.

Sesampainya dikamar, mba Putri nyuruh aku mandi, sementara dia nonton tv. Namun tidak lama dia mengetok kamar mandi ku. Seraya berkata "aku boleh join ga?". Aku ga bisa berkomentar lagi pada saat itu, entah kenapa aku sangat cuek mengijinkan dia ikutan mandi.

Dan mandilah kami berdua di shower, diiringi dengan canda "nakal". Dia sering menyentuh kemaluanku dan begitu juga aku menyentuh kemaluan dia membalas.

Perasaan malu ternyata tidak berlaku untuk mr. p ku. Meski hal ini bukan merupakan yang pertama kali, namun kejadian ini sangat cepat dan mengejutkan. Ditambah ketika canda "nakal" kami mulai menjurus ke hal-hal yang lebih meningkat. Aku disuruh dia memeluk dia dari belakang, meremas2 dada dia di bawah pancuran shower.

Ternyata tak cukup sampai disitu, dia menyuruhku untuk memukul mukul pantat dia, sambil memaki-maki dia pelacur. Dan entah kenapa pada saat itu aku melakukannya dan menikmatinya. Perintah demi perintah dari dia aku lakukan, mulai dari menjambak, meremas-remas dada dia dengan kasar, memukul-mukul pantatnya, memaki sampai meludahi muka dan ms. V nya.

Keluar dari kamar mandi pun aku disuruh menyeret dia bagaikan binatang. Aku jambak rambut dia, dengan tubuh yang masih basah keluar dari kamar mandi.

Mulutnya pun di sumbat dengan cd dia, sehingga hanya terdengar erangan-erangan saja dari mulut mba Putri.

Sesampainya dia merangkak dari kamar mandi ke tempat tidur, dia menyuruh ku untuk duduk di pinggir tempat tidur, dia pun bergerak menuju pangkuanku. Dengan posisi terlungkup sehingga hanya punggung yang di atas, dengankan dadanya dipangkuanku. Dia menyuruhku memukul pantatnya, dan aku pun memukul pantatnya. Pukulan demi pukulanku mendarat di pantatnya, dan dia pun pengejang diiringi erangan dari mulut nya yang tersumbat. Pukulan ku semakin mengeras sehingga membuat pantat nya agak memerah.

Setelah dia terengah-engah, dia memintaku untuk mengikat lehernya dengan gesper ku. Tidak kencang memang, namun cukup lumayan ngepas di leher. Lalu aku suruh menuntun dia keliling ruangan. Agak aneh perasaan ku saat itu, namun aku menyukainya. Apalagi melihat dia begitu mendalami dan begitu menyukainya, makin membuatku tambah horny. Melihat nya meliuk-liuk merangkak dilantai, membuatku ingin melakukan sesuatu padanya. Aku pukul-pukul pantatnya sehingga membuatnya merangkak maju. Aku jambak rambut nya dan meludahi mukanya. Aku periksa bagian belakang dia, aku angkat kakinya satu ke atas sehingga aku bisa merika bagian kemaluan dia, seakan-akan memeriksa binatang. Namun yang kudapat respon yang sangat luar biasa dari mba Putri. Sangat diluar dugaan aku. Rintihan dan desahannya sangat membangkitkan nafsuku.

Setelah selesai aku memeriksa dia, aku berdiam diri karena aku ga tau harus berbuat apa. Namun mba Putri membalikkan badan ke arah ku, merangkak dan menciumi kakiku. Dan berkata "tuan, jadikan aku budak kamu, mau kan tuan ? saya mohon .... ". "Saya akan turuti semua kemauan tuan" lanjutnya. Well aku ga tau harus berkata apa lagi. Dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. "Saya mohon tuan, jadikan saya budak tuan, .. saya ingin berbakti kepada tuan." Lanjutnya dia memohon.

Saya bingung dan tak tau harus bagaimana, karena melasnya dia dan sampai cerita seks ini terus berlanjut.
READ MORE - Cerita seks ku dengan Putri
Share |

Kamis, 24 Desember 2009

Aku bercinta dengan pembantu

Lanjut lagi cerita seks dari kami. Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Sebetulnya aku sudah menikah, bahkan rasanya istriku tahu akan hobiku mencari daun-daun muda untuk "obat awet muda". Dan memang pekerjaanku menunjang untuk itu, baik dari segi koneksi maupun dari segi finansial. Namun semenjak istriku tahu aku memiliki banyak sekali simpanan, suatu hari ia meninggalkanku tanpa pamit. Biarlah, malah aku bisa lebih bebas menyalurkan hasrat.

Karena pembantu yang lama keluar untuk kawin di desanya, aku terpaksa mencari penggantinya di agen. Bukan saja karena berbagai pekerjaan rumah terbengkalai, juga rasanya kehilangan "obat stress". Salah seorang calon yang menarik perhatianku bernama Ningsih, baru berusia (hampir) 16 tahun, berwajah cukup manis, dengan lesung pipit. Matanya sedikit sayu dan bibirnya kecil seksi. Seandainya kulitnya tidak sawo matang (meskipun bersih dan mulus juga), dia sudah mirip-mirip artis sinetron. Meskipun mungil, bodinya padat, dan yang terpenting, dari sikapnya aku yakin pengalaman gadis itu tidak sepolos wajahnya. Tanpa banyak tanya, langsung dia kuterima.

Dan setelah beberapa hari, terbukti Ningsih memang cukup cekatan mengurus rumah. Namun beberapa kali pula aku memergokinya sedang sibuk di dapur dengan mengenakan kaos ketat dan rok yang sangat mini. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku mendekat dari belakang dan kucubit paha gadis itu. Ningsih terpekik kaget, namun setelah sadar majikannya yang berdiri di belakangnya, ia hanya merengut manja.

Sore ini sepulang kerja aku kembali dibuat melotot disuguhi pemandangan yang 'menegangkan' saat Ningsih yang hanya berdaster tipis menungging sedang mengepel lantai, pantatnya yang montok bergoyang kiri-kanan. Tampak garis celana dalamnya membayang di balik dasternya. Tidak tahan membiarkan pantat seseksi itu, kutepuk pantat Ningsih keras-keras.

"Ngepel atau nyanyi dangdut sih? Goyangnya kok merangsang sekali!"
Ningsih terkikik geli mendengar komentarku, dan kembali meneruskan pekerjaannya. Dengan sengaja pantatnya malah digoyang semakin keras.

Geli melihat tingkah Ningsih, kupegang pantat gadis itu kuat-kuat untuk menahan goyangannya. Saat Ningsih tertawa cekikikan, jempolku sengaja mengelus selangkangan gadis itu, menghentikan tawanya. Karena diam saja, perlahan kuelus paha Ningsih ke atas, menyingkapkan ujung dasternya."Eh.. Ndoro.. jangan..!" cegah Ningsih lirih.
"Nggak pa-pa, nggak usah takut, Nduk..!"
"Jangan, Ndoro.. malu.. jangan sekarang..!"
Dengan tergesa Ningsih bangkit membereskan ember dan kain pel, lalu bergegas menuju ke dapur.

Malam harinya lewat intercom aku memanggil Ningsih untuk memijat punggungku yang pegal. Seharian penuh bersidang memang membutuhkan stamina yang prima. Agar tenagaku pulih untuk keperluan besok, tidak ada salahnya memberi pengalaman pada orang baru.

Gadis itu muncul masih dengan daster merah tipisnya sambil membawa minyak gosok. Ningsih duduk di atas ranjang di sebelah tubuhku.
Sementara jemari lentik Ningsih memijati punggung, kutanya, "Nduk, kamu sudah punya pacar belum..?"
"Disini belum Ndoro.." jawab gadis itu.
"Disini belum..? Berarti di luar sini sudah..?"
Sambil tertawa malu-malu gadis itu menjawab lagi, "Dulu di desa saya pernah, tapi sudah saya putus."
"Lho, kenapa..?"
"Habis mau enaknya saja dia."
"Mau enaknya saja gimana..?" kejarku.
"Eh.. itu, ya.. maunya ngajak gituan terus, tapi kalau diajak kawin nggak mau."

Aku membalikkan badan agar dadaku juga turut dipijat.
"Gituan gimana? Memangnya kamu nggak suka..?"
Wajah Ningsih memerah, "Ya.. itu.. ngajak kelonan.. tidur telanjang bareng.."
"Kamu mau aja..?"
"Ih, enggak! Kalau cuma disuruh ngemut burungnya saja sih nggak pa-pa. Mau sampai selesai juga boleh. Tapi yang lain Ningsih nggak mau..!"
Aku tertawa, "Lha apa nggak belepotan..?"
"Ah, enggak. Yang penting Ningsih juga puas tapi tetep perawan."

Aku semakin terbahak, "Kalau kamu juga puas, terus kenapa diputus..?"
"Abis lama-lama Ningsih kesel! Ningsih kalau diajak macem-macem mau, tapi dia diajak kawin malah main mata sama cewek lain! Untung Ningsih cuma kasih emut aja, jadi sampai sekarang Ningsih masih perawan."
"Main emut terus gitu apa kamu nggak pengin nyoba yang beneran..?" godaku.
Wajah Ningsih kembali memerah, "Eh.. katanya sakit ya Ndoro..? Terus bisa hamil..?"

Kini Ningsih berlutut mengangkangi tubuhku sambil menggosokkan minyak ke perutku. Saat gadis itu sedikit membungkuk, dari balik dasternya yang longgar tampak belahan buah dadanya yang montok alami tanpa penopang apapun.
Sambil tanganku mengelus-elus kedua paha Ningsih yang terkangkang, aku menggoda, "Kalau sama Ndoro, Ningsih ngasih yang beneran atau cuma diemut..?"
Pipi Ningsih kini merah padam, "Mmm.. memangnya Ndoro mau sama Ningsih? Ningsih kan cuma pembantu? Cuma pelayan?"
"Nah ini namanya juga melayani. Iya nggak?"
Ningsih hanya tersenyum malu.

"Aaah! Itu kan cuma jabatan. Yang penting kan orangnya..!"
"Ehm.., kalau hamil gimana..?"
"Jangan takut Nduk, kalau cuma sekali nggak bakalan hamil. Nanti Ndoro yang tanggung jawab.."
Meskipun sedikit ragu dan malu, Ningsih menuruti dan menanggalkan dasternya.

Sambil meletakkan pantatnya di atas pahaku, gadis itu dengan tersipu menyilangkan tangannya untuk menutupi kemontokan kedua payudaranya. Untuk beberapa saat aku memuaskan mata memandangi tubuh montok yang nyaris telanjang, sementara Ningsih dengan jengah membuang wajah. Dengan tidak sabaran kutarik pinggang Ningsih yang meliuk mulus agar ia berbaring di sisiku.

Seumur hidup mungkin baru sekali ini Ningsih merasakan berbaring di atas kasur seempuk ini. Langsung saja kusergap gadis itu, kuciumi bibirnya yang tersenyum malu, pipinya yang lesung pipit, menggerayangi sekujur tubuhnya dan meremas-remas kedua payudaranya yang kenyal menggiurkan. Puting susunya yang kemerahan terasa keras mengacung. Kedua payudara gadis itu tidak terlalu besar, namun montok pas segenggaman tangan. Dan kedua bukit itu berdiri tegak menantang, tidak menggantung. Gadis desa ini memang sedang ranum-ranumnya, siap untuk dipetik dan dinikmati.

"Mmmhh.. Oh! Ahh! Oh.. Ndoroo.. eh.. mm.. burungnya.. mau Ningsih emut dulu nggak..?" tanya gadis itu diantara nafasnya yang terengah-engah.
"Lepas dulu celana dalam kamu Nduk, baru kamu boleh emut."
Tersipu Ningsih bangkit, lalu memelorotkan celana dalamnya hingga kini gadis itu telanjang bulat. Perlahan Ningsih berlutut di sisiku, meraih kejantananku dan mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Sambil menyibakkan rambutnya, gadis itu sedikit terbelalak melihat besarnya kejantananku. Mungkin ia membayangkan bagaimana benda berotot sebesar itu dapat masuk di tubuhnya.

Aku segera merasakan sensasi yang luar biasa ketika Ningsih mulai mengulum kejantananku, memainkan lidahnya dan menghisap dengan mulut mungilnya sampai pipinya 'kempot'. Gadis ini ternyata pintar membuat kejantananku cepat gagah.
"Ehm.. srrp.. mm.. crup! Ahmm.. mm.. mmh..! Nggolo (ndoro)..! Hangang keyas-keyas(jangan keras-keras)..! Srrp..!"
Gadis itu tergeliat dan memprotes ketika aku meraih payudaranya yang montok dan meremasinya. Namun aku tak perduli, bahkan tangan kananku kini mengelus belahan pantat Ningsih yang bulat penuh, terus turun sampai ke bibir kemaluannya yang masih jarang-jarang rambutnya. Maklum, masih perawan.

Gadis itu tergelinjang tanpa berani bersuara ketika jemariku menyibakkan bibir kemaluannya dan menelusup dalam kemaluannya yang masih perawan. Merasa kejantananku sudah cukup gagah, kusuruh Ningsih mengambil pisau cukur di atas meja, lalu kembali ke atas ranjang. Tersipu-sipu gadis perawan itu mengambil bantal berusaha untuk menutupi ketelanjangannya.

Malu-malu gadis itu menuruti perintah majikannya berbaring telentang menekuk lutut dan merenggangkan pahanya, mempertontonkan rambut kemaluannya yang hanya sedikit. Tanpa menggunakan foam, langsung kucukur habis rambut di selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang karena perih tanpa berani menolak. Kini bibir kemaluan Ningsih mulus kemerah-merahan seperti kemaluan seorang gadis yang belum cukup umur, namun dengan payudara yang kencang.

Dengan sigap aku menindih tubuh montok menggiurkan yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun itu. Tersipu-sipu Ningsih membuang wajah dan menutupi payudaranya dengan telapak tangan. Namun segera kutarik kedua tangan Ningsih ke atas kepalanya, lalu menyibakkan paha gadis itu yang sudah mengangkang. Pasrah Ningsih memejamkan mata menantikan saatnya mempersembahkan keperawanannya.

Gadis itu menahan nafas dan menggigit bibir saat jemariku mempermainkan bibir kemaluannya yang basah terangsang. Perlahan kedua paha mulus Ningsih terkangkang semakin lebar. Aku menyapukan ujung kejantananku pada bibir kemaluan gadis itu, membuat nafasnya semakin memburu. Perlahan tapi pasti, kejantananku menerobos masuk ke dalam kehangatan tubuh perawan Ningsih. Ketika selaput dara gadis manis itu sedikit menghalangi, dengan perkasa kudorong terus, sampai ujung kejantananku menyodok dasar liang kemaluan Ningsih. Ternyata kemaluan gadis ini kecil dan sangat dangkal. Kejantananku hanya dapat masuk seluruhnya dalam kehangatan keperawanannya bila didorong cukup kuat sampai menekan dasar kemaluannya. Itu pun segera terdesak keluar lagi.

Ningsih terpekik sambil tergeliat merasakan pedih menyengat di selangkangannya saat kurenggutkan keperawanan yang selama ini telah dijaganya baik-baik. Tapi gadis itu hanya berani meremas-remas bantal di kepalanya sambil menggigit bibir menahan sakit. Air mata gadis itu tak terasa menitik dari sudut mata, mengaburkan pandangannya. Ningsih merintih kesakitan ketika aku mulai bergerak menikmati kehangatan kemaluannya yang serasa 'megap-megap' dijejali benda sebesar itu. Namun rasa sakit dan pedih di selangkangannya perlahan tertutup oleh sensasi geli-geli nikmat yang luar biasa.

Tiap kali kejantananku menekan dasar kemaluannya, gadis itu tergelinjang oleh ngilu bercampur nikmat yang belum pernah dirasakannya. Kejantananku bagai diremas-remas dalam liang kemaluan Ningsih yang begitu 'peret' dan legit. Dengan perkasa kudorong kejantananku sampai masuk seluruhnya dalam selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar kemaluannya disodok.

"Ahh.. Ndoro..! Aa.. ah..! Aaa.. ahk..! Oooh..! Ndoroo.. Ningsih pengen.. pih.. pipiis..! Aaa.. aahh..!"
Sensasi nikmat luar biasa membuat Ningsih dengan cepat terorgasme.
"Tahan Nduk! Kamu nggak boleh pipis dulu..! Tunggu Ndoro pipisin kamu, baru kamu boleh pipis..!"
Dengan patuh Ningsih mengencangkan otot selangkangannya sekuat tenaga berusaha menahan pipis, kepalanya menggeleng-geleng dengan mata terpejam, membuat rambutnya berantakan, namun beberapa saat kemudian..
"Nggak tahan Ndoroo..! Ngh..! Ngh..! Nggh! Aaaii.. iik..! Aaa.. aahk..!" Tanpa dapat ditahan-tahan, Ningsih tergelinjang-gelinjang di bawah tindihanku sambil memekik dengan nafas tersengal-sengal.
Payudaranya yang bulat dan kenyal berguncang menekan dadaku saat gadis itu memeluk erat tubuh majikannya, dan kemaluannya yang begitu rapat bergerak mencucup-cucup.

Berpura-pura marah, aku menghentikan genjotannya dan menarik kejantananku keluar dari tubuh Ningsih.
"Dibilang jangan pipis dulu kok bandel..! Awas kalau berani pipis lagi..!"
Tampak kejantananku bersimbah cairan bening bercampur kemerahan, tanda gadis itu betul-betul masih perawan. Gadis itu mengira majikannya sudah selesai, memejamkan mata sambil tersenyum puas dan mengatur nafasnya yang 'senen-kamis'. Di pangkal paha gadis itu tampak juga darah perawan menitik dari bibir kemaluannya yang perlahan menutup.

Aku menarik pinggang Ningsih ke atas, lalu mendorong sebuah bantal empuk ke bawah pantat Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok Ningsih, dan kembali kutancapkan kejantananku dalam liang kemaluan gadis itu. Dengan posisi pantat terganjal, klentit Ningsih yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan lebih nikmat lagi dari yang barusan.

"Mau terus apa brenti, Nduk..?" godaku.
"Aii.. iih..! He.. eh..! Terus Ndoroo..! Enak..! Enak..! Aahh.. Aii.. iik..!"
Tubuh Ningsih yang montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.
"Ooo.. ohh..! Ndoroo.., Ningsih pengen pipis.. lagii.. iih..!"
"Yang ini ditahan dulu..! Tahan Nduk..!"
"Aa.. aak..! Ampuu.. unnhh..! Ningsih nggak kuat.. Ndoroo..!"
Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang empuk.

Pekikan manja Ningsih semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya. Dengan gemas sekuat tenaga kuremas-remas kedua payudara Ningsih hingga tampak berbekas kemerah-merahan. Begitu kuatnya remasanku hingga cairan putih susu menitik keluar dari putingnya yang kecoklatan.
"Ahhk..! Aaa.. aah! Aduu.. uhh! Sakit Ndoroo..! Ningsih mau pipiiss..!"

Dengan maksud menggoda gadis itu, aku menghentikan sodokannya dan mencabut kejantanannya justru disaat Ningsih mulai orgasme.
"Mau pipis Nduk..?" tanyaku pura-pura kesal.
"Oohh.. Ndoroo.. terusin dong..! Cuma 'dikit, nggak pa-pa kok..!" rengek gadis itu manja.
"Kamu itu nggak boleh pipis sebelum Ndoro pipisin kamu, tahu..?" aku terus berpura-pura marah.
Tampak bibir kemaluan Ningsih yang gundul kini kemerah-merahan dan bergerak berdenyut.
"Enggak! Enggak kok! Ningsih enggak berani Ndoro..!"

Ningsih memeluk dan berusaha menarik tubuhku agar kembali menindih tubuhnya. Rasanya sebentarlagi gadis itu mau pipis untuk ketiga kalinya.
"Kalau sampai pipis lagi, Ndoro bakal marah, lho Nduk..?" kuremas kedua buah dada montok Ningsih.
"Engh.. Enggak. Nggak berani." Wajah gadis itu berkerut menahan pipis.
"Awas kalau berani..!" kukeraskan cengkeraman tangannya hingga payudara gadis itu seperti balon melotot dan cairan putih susu kembali menetes dari putingnya.

"Ahk! Aah..! Nggak berani, Ndoro..!"
Ningsih menggigit bibir menahan sakitnya remasan-remasanku yang bukannya dilepas malah semakin kuat dan cepat. Namun gadis itu segera merasakan ganjarannya saat kejantananku kembali menghajar kemaluannya. Tak ayal lagi, Ningsih kembali tergiur tanpa ampun begitu dasar liang kemaluannya ditekan kuat.
"Ngh..! Ngh..! Ngghh..! Ahk.. Aaa.. aahh..! Ndoroo.. ampuu.. uun..!"
Tubuh montok gadis itu tergerinjal seiring pekikan manjanya.

Begitu cepatnya Ningsih mencapai puncak membuat aku semakin gemas menggeluti tubuh perawannya. Tanpa ampun kucengkeram kedua bukit montok yang berdiri menantang di hadapanku dan meremasinya dengan kuat, meninggalkan bekas kemerahan di kulit payudara Ningsih. Sementara genjotan demi genjotan kejantananku menyodok kemaluan gadis itu yang hangat mencucup-cucup menggiurkan, bagai memohon semburan puncak.

Gadis itu sendiri sudah tak tahu lagi mana atas mana bawah, kenikmatan luar biasa tidak henti-hentinya memancar dari selangkangannya. Rasanya seperti ingin pipis tapi nikmat luar biasa membuat Ningsih tidak sadar memekik-mekik manja. Kedua pahanya yang sehari-hari biasanya disilangkan rapat-rapat, kini terkangkang lebar, sementara liang kemaluannya tanpa dapat ditahan-tahan berdenyut mencucup kejantananku yang begitu perkasa menggagahinya. Sekujur tubuh gadis itu basah bersimbah keringat.

"Hih! Rasain! Dibilang jangan pipis! Mau ngelawan ya..!" Gemas kucengkeram kedua buah dada Ningsih erat-erat sambil menghentakkan kejantananku sejauh mungkin dalam kemaluan dangkal gadis itu.
Ningsih tergelinjang-gelinjang tidak berdaya tiap kali dasar kemaluannya disodok. Pantat gadis itu yang terganjal bantal empuk berulangkali tersentak naik menahan nikmat.
"Oooh.. Ndoroo..! Ahk..! Ampun..! Ampun Ndoroo..! Sudah..! Ampuu.. unn..!" Ningsih merintih memohon ampun tidak sanggup lagi merasakan kegiuran yang tidak kunjung reda.

Begitu lama majikannya menggagahinya, seolah tidak akan pernah selesai. Tidak terasa air matanya kembali berlinang membasahi pipinya. Kedua tangan gadis itu menggapai-gapai tanpa daya, paha mulusnya tersentak terkangkang tiap kali kemaluannya dijejali kejantananku, nafasnya tersengal dan terputus-putus. Bagian dalam tubuhnya terasa ngilu disodok tanpa henti. Putus asa Ningsih merengek memohon ampun, majikannya bagai tak kenal lelah terus menggagahi kegadisannya. Bagi gadis itu seperti bertahun-tahun ia telah melayani majikannya dengan pasrah.

Menyadari kini Ningsih sedang terorgasme berkepanjangan, aku tarik paha Ningsih ke atas hingga menyentuh payudaranya dan merapatkannya. Akibatnya kemaluan gadis itu menjadi semakin sempit menjepit kejantananku yang terus menghentak keluar masuk. Ningsih berusaha kembali mengangkang, namun dengan perkasa semakin kurapatkan kedua paha mulusnya. Mata Ningsih yang bulat terbeliak dan berputar-putar, sedangkan bibirnya merah merekah membentuk huruf 'O' tanpa ada suara yang keluar. Sensasi antara pedih dan nikmat yang luar biasa di selangkangannya kini semakin menjadi-jadi.

Aku semakin bersemangat menggenjotkan kejantananku dalam hangatnya cengkeraman pangkal paha Ningsih, membuat gadis itu terpekik-pekik nikmat dengan tubuh terdorong menyentak ke atas tiap kali kemaluannya disodok keras.
"Hih! Rasain! Rasain! Nih! Nih! Nihh..!" aku semakin geram merasakan kemaluan Ningsih yang begitu sempit dan dangkal seperti mencucup-cucup kejantananku.
"Ahh..! Ampuu..uun.. ampun.. Ndoro! Aduh.. sakiit.. ampuu.. un..!"

Begitu merasakan kenikmatan mulai memuncak, dengan gemas kuremas kedua payudara Ningsih yang kemerah-merahan berkilat bersimbah keringat dan cairan putih dari putingnya, menumpukan seluruh berat tubuhku pada tubuh gadis itu dengan kedua paha gadis itu terjepit di antara tubuh kami, membuat tubuh Ningsih melesak dalam empuknya ranjang.

Pekikan tertahan gadis itu, gelinjangan tubuhnya yang padat telanjang dan 'peret'-nya kemaluannya yang masih perawan membuatku semakin hebat menggeluti gadis itu.
"Aduh! Aduu.. uuhh.. sakit Ndoro! Aaah.. aamm.. aammpuun.. ampuu.. uun Ndoro.. Ningsih.. pipii.. iis! Aaamm.. puun..!"
Dan akhirnya kuhujamkan kejantananku sedalam-dalamnya memenuhi kemaluan Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu terlonjak dalam tindihanku, namun tertahan oleh cengkeraman tanganku pada kedua buah dada Ningsih yang halus mulus.

Tanpa dapat kutahan, kusemburkan sperma dalam cucupan kemaluan Ningsih yang hangat menggiurkan sambil dengan sekuat tenaga meremas-remas kedua buah dada gadis itu, membuat Ningsih tergerinjal antara sakit dan nikmat.
"Ahk! Auh..! Aaa.. aauuhh! Oh.. ampuu..uun Ndoro! Terus Ndoro..! Ampuun! Amm.. mmh..!Aaa.. aakh..!"

Dengan puas aku menjatuhkan tubuh di sisi tubuh Ningsih yang sintal, membuat gadis itu turut terguling ke samping, namun kemudian gadis itu memeluk tubuhku. Sambil terisak-isak bahagia, Ningsih memeluk tubuhku dan mengelus-elus punggungku.

Sambil mengatur nafas, aku berpikir untuk menaikkan gaji Ningsih beberapa kali lipat, agar gadis itu betah bekerja di sini, dan dapat melayaniku setiap saat. Dengan tubuh yang masih gemetar dan lemas, Ningsih perlahan turun dari ranjang dan mulai melompat-lompat di samping ranjang.
Keheranan aku bertanya, "Ngapain kamu, Nduk..?"
"Katanya.. biar nggak hamil harus lompat.. lompat, Ndoro.." jawab gadis itu polos.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, melihat cairan kental meleleh dari pangkal paha gadis itu yang mulus tanpa sehelai rambut pun. demikian cerita seks yang dapat aku ceritakan.
READ MORE - Aku bercinta dengan pembantu
Share |

Selasa, 22 Desember 2009

Cerita seks menarik tentang keperawanan

Cerita seks menarik tentang keperawanan. Namaku SM dan sekarang umurku baru 19 tahun, dan perawakanku tinggi 171.5 cm dan kulitku sawo matang, sedangkan mataku berwarna coklat, dankisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata sekaligus pengalaman hidupku.......

Tahun 2004 yang lalu......
Saat ini aku sekolah di salah satu SMK yang ada di tanjung pinang (kepulauan riau). Sekolahku letaknya jauh di luar kota (kira2 20 km dari kota tempat tinggalku), dan sehari-hari aku pergi menggunakan bus jemputan sekolahku, dan dari sinilah kisahku bermula...........

Pada suatu siang saat di sekolahan aku dan teman-teman sedang istirahat dikantin sekolah dan sambil bercanda ria, dan saat itu pula ada guruku (berjilbab) sedang makan bersama kami, pada saat itu pula aku merasa sering di lirik oleh ibu itu (panggil saja EKA), bu eka badannya langsing cenderung agak kurus, matanya besar, mulutnya sedikit lebar dan bibirnya tipis, payudaranya kelihatan agak besar, sedangkan pantatnya padat dan seksi, bu eka adalah guru kelasku yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris, dan dalam hal pelajarannya aku selalu di puji olehnya karena nilaiku selalu mendapat 8 (maaf bukan memuji diri sendiri!!)

Saat didalam pelajaran sedang berlangsung bu eka sering melirik nakal ke arahku dan terkadang dia sering mengeluarkan lidahnya sambil menjilati bibirnya, dan terkadang dia suka meletakkan jari tangannya di selangkangannya dan sambil meraba di daerah sekitar vaginanya. Dan terkadang saya selalu salah tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya hanya aku saja yang tahu.

Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu itu, dan saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang. Jarak kami terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat sampai-sampai tangan ibu eka tersentuh penisku (karena bu eka kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu sedang tegang akibat tingkahnya di kalas. Namun reaksi ibu eka hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah.

Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami....
Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu eka duduk di kursi deretan paling depan. Saat semua teman-temanku sudah turun semua (saat itu tinggal aku bu Eka dan supirnya) bu eka melirik nakal ke arahku, dan tiba tiba ia langsung pindah duduknya di sebelahku dia duduk paling pojok dekat dinding), dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun menanggapi ajakannya.

Saat itu dia meminjan handphone ku , katanya dia mau beli hp yang mirip punyaku (nokia tipe 6600) entah alasan atau apalah....
Saat dia memegang hp ku tiba-tiba hp ku berbunyi, dan deringan hp ku saat itu berbubyi desahan wanita saat di kentot.
aaaahhhhh....... ahhhhshhhhshshh.... oooooo.... oooooohhhhhh dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon.
Tanpa basa basi bu eka bilang "apa ngga ada yang lebih hot, ibu mau dong". dengan nada berbisik. Yang membuatku nafsu.
"jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu..."
Saat itu kupasang ear phone dan langsung aku perlihatkan rekaman video porno yang ku dapat dari temanku.

Tanpa aku sadari bu eka meraba ******ku yang saat itu sedang tegang-tegangnya, dan dia terkejut, "wooow besar sekali anumu..."
Padahal aku punya ngga gede-gede amat, panjangnya 15 cm dan diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh....
Dan terjadilah percakapan antara aku dan bu eka:

Saat itu dia berbisik padaku "aku masih perawan looo......" di iringi dengan desahan. Lalu jawabku "oh yaaa, saya juga masih perjaka bu..."
bu eka: jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan perawan, pasti nikmat....(tanpa basa basi lagi)
lalu jawabku malu
aku: "ngga ah bu , saya ngga berani!!"
bu eka: "ayolah...(dengan nada memelas)"
aku: "tapi di mana bu? (tanyaku!)"
bu eka: "di hotel aja biar aman"
aku: "tapi saya ngga punya uang bu"
bu eka : "ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!"

Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa basa basi lagi.
ia melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan desahan....
yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya. dan tibala saat ia melepaskan bh nya, yang ku lihat saat itu adalah toket ibu yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee) dan putingnya yang masih merah.
dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya dia bertanya padaku..
"mau bantuin ngga....."
lalu hanya ku jawab dengan mengangguk saja.
tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya yang berwarna putis tipis.

yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. da n timbullah suara desahan yang membuata tegang ******ku
ah... ahh..... ahhhhshhhh... terruussss....... ohhh...... yeahhh....... oooohhhhh.......
au..... udahh dong ibu ngga tahan lagi....
ooohhhh..... yeah..... o..o... oo.... ohhhh...
tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku. cairan putih ituku hisap dan ku tumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata bu eka suka
"mau lagi donggg............"
lalu aku kembali menghisap pepek bu eka yang basah dan licin kuat-kuat...
"aaahhhh.... ahhh... aarrgghh...... uh..uh... uh...uh... ouuu..... yeah.....
dan di sela teriiakan kerasnya muncrat lagi cairan putih kental itu dengan lajunya
crroot.... crooot.....

di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu eka dan selangkangannya ku buka lebar2, lalu ak u mencoba memasukkan ******ku ke dalam pepeknya bu eka
dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit.
saat ku tekan kepala ******ku sudah masuk setengah dan ibu itu berteriak
"ahhhh.... ahhhh.ahhhhh..... ahhhhh........., sakitttt.. ahhh... pelan-pelan dong..."
seakan tak perduli kutekan lagi. kali ini agak dalam ternyata seperti ada yang membatasi.
ku tekan kuat-kuat
"ahhhhhhh....... aaaaaa....... aaaauuuuu......, sakit.... ohh.... oh..... ooghhhhhh..."
aku paksakan saja...
akhirnya tembus juga.
"ahhhhhhhhhh.............. aaaaahhhhhh......, sakitttttttt....."
bu eka berteriak keras sekali....

Sambil ku dorong kontontolku maju mundur pelan dan ku percepat goyanganku.
"aahhhhhh...... auhhhhhhhh..... u.h.... u.u.. hh... a.... u.. u...... hhhhh.hh.h.h. h.........
Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku aku terasa seperti mau keluar. Lalu aku arahkan ******ku ke mulutnya dan....
croot.... ..... crroootttt...... sekitar 5 kali muncrat mulut bu eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putoh kenta (maklum udah 2 minggu ngga ngocok)

Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu eka mengeluarkan cairan seperti darah.
Lalu ibu eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari kamar mandi bu eka langsung menyepong ******ku sambil tiduran di lantai. Ternyata walaupun perawan bu eka pandai sekali berpose.
Lalu ku pegang pinggul bu eka dan mengarahkan ke posisi menungging.
Lalu aku arahkan ******ku ke pepek bu eka, lalu ku genjot lagi....
ohhh..... oh....... o..... h.h.h.h.hh.. h.hhhhh...... h.. hhhhhhh.. hhhhh... yeahhhhh
oouu.... yesssss..... ooohhhhh... yeahhhhh...
saat aku sudah mulai bosan ku cabut ******ku lalu ku arah kan ke buritnya
"sakit ngga....." laluku jawab
"paling dikit bu....."
aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit lalu bu eka berkakta
"ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa....."
laluku kentot lagi pepeknya tapisekarang beda waktu aku memeasukkan ******ku ke dalam, baru sedikit saja sudah di telan oleh pepeknya. Ternyata pepek bu eka mirip dengan lumpur hidup.
aku mengarahkan ******ku lagi
ahhh... ahhh... ahhh.... ahh.... oooouuuhh..... yeah... ou.... ou... ohhhhhh...
dan saat sekitar 15 kali goyangan ku bu eka melepaskan ******ku
"aku mau keluar...."
lalu ku jawab
"aku juga bu...., kita keluarin di dalem aja buu..."
"iya deeh jawabnya..."
lalu kumasukkan lagi ****** ku kali ini aku menusukknya kuatkuat.
aaahhhh....... ahhhh.......... aaaahhhhhh.
ooooouuuuuuhhh.....
saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam pepeknya
crroooot.... crootttt...
aku mendengar kata-katanya
"nikmat sekali......."
Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan ******ku di dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping , sekian cerita kami, nantikan nanti cerita lainnya.
READ MORE - Cerita seks menarik tentang keperawanan
Share |