tag:blogger.com,1999:blog-22706306324109123092024-02-20T04:38:52.173-08:00Cerita seks TerlengkapKisah seks atau cerita seks dan cerita dewasa paling lengkapjojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-28363582364376886162011-03-13T21:11:00.000-07:002011-03-13T21:15:49.541-07:00Ngentot Istri Bawahanku<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.ayofoto.com/images/thumb/d88e9df2195dd2b8595c3331faa1df19_thm.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 150px; height: 100px;" src="http://www.ayofoto.com/images/thumb/d88e9df2195dd2b8595c3331faa1df19_thm.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><span style="font-weight: bold;">Cerita Seks</span> ini dimulai sewaktu saya ditugaskan sebagai staff di pabrik pengolahan minyak sawit di salah satu<br />perkebunan di Sulawesi. Ini adalah kisah nyataku. Sebut saja namaku Alex, umurku saat itu 27 tahun, belum menikah. Sebagai seorang staff yang baru pindah ke daerah perkebunan, dimana masyarakat yg tinggal sangat berjauhan kecuali karyawan dan staff perkebunan yg sengaja dibuat dalam satu perumahan, mutlak sebagai pendukung utama opersional yg<br />sewaktu-waktu bisa dipanggil dalam waktu 24 jam.<br />Walaupun sebagai staff, karena sebelumnya perumahan sudah diisi oleh sebagian karyawan yg sudah duluan<br />menempati, saya menempati rumah kopel kayu (dua rumah dempet menjadi satu bangunan) ketiga dari<br />ujung dan agak kecil yg sebenarnya fasilitas untuk karyawan biasa. Manager pabrik sendiri menganjurkan<br />agar memindahkan karyawan yg sudah menempati fasilitas rumah (rumah single beton) yang sebenarnya<br />diperuntukkan bagi staff bujangan maupun keluarga, tapi untuk mengambil hati para karyawan yang mana<br />nantinya juga akan menjadi bawahan saya. Akhirnya sayapun minta agar diijinkan menempati rumah kopel<br />ketiga dari pinggir menghadap ke timur berhadapan dengan rumah yang menghadap ke barat dibatasi oleh<br />jalan besar belum diaspal tapi sudah dikerasin.<br />Rumah tetangga sebelah kiri yang agak berjarak tanah kosong selebar satu rumah ditempati oleh karyawan<br />laki-laki yang sudah berkeluarga teapi istrinya masih tinggal di rumah orangtuanya , jauh dari lokasi<br />perkebunan. Biasanya dia pulang sekali sebulan untuk mengantarkan gaji bulanan untuk nafkah anak<br />istrinya.<br />Rumah sebelah kanan yang merupakan pasangan rumah kopelku ditempati oleh karyawan laki-laki berumur<br />35 tahun, sebut saja namanya bersama Nardi bersama istrinya yang berumur 33 tahun, sebut saja namanya<br />Hartini. Hartini walaupun bukan termasuk wanita kota, tapi sangat modis dan mengikuti kemajuan jaman<br />disesuaikan dengan kondisi ekonomi. Yang paling membuat saya sangat kagum adalah bentuk payudara<br />yang sangat berisi dan body yang cenderung montok. Dengan kondisi rumah kopel kayu seperti itu biasanya<br />sepelan apapun pembicaran ataupun gerakan dalam rumah akan terasa di rumah sebelah. Dan saat itu<br />kebetulan Nardi masuk dalam shift-1 dibawah pimpinan saya.<br />Karena saya masih bujangan dan memang bukan tipe yang rajin ngurus rumah, untuk makan biasanya saya<br />makan di warung yang berada di luar lingkungan perumahan berjarak sekitar 500 meter dari perumahan<br />pabrik dan 50 meter dari pabrik. Untuk cuci pakaian, aku usahakan cuci sendiri walaupun hanya satu kali<br />seminggu. Seringkali kalau udah malam atau hujan, terpaksa aku tidak makan nasi, hanya mengandalkan mi<br />instant yang direbus seadanya. Karena mungkin kasihan, pada suatu sore sepulang kerja shift-1 pagi, kami<br />bertiga, aku, Nardi dan Hartini ngobrol di teras, dan saat itu Nardi yang menjadi bawahanku itu<br />menyarankan agar makan di rumahnya saja setiap hari dengan membayar secukupnya kepada istrinya.<br />Akhirnya terjadi kesepakatan untuk makan setiap hari sekalian cuci pakaian ditanggung jawabi oleh Hartini.<br />Karena setiap hari berdekatan dan makan bersama semakin lama hubungan kamipun semakin akrab dan<br />tidak sungkan lagi ngobrol berdua tanpa suaminya.<br />Awal kejadian pada suatu sore sepulang kerja sekitar jam 16.00, dan Nardi masih lembur di pabrik untuk<br />mencari tambahan aku dan Hartini duduk ngobrol di teras. Saat itu aku menanyakan kenapa mereka yang<br />sudah menikah 9 tahun belum punya anak. Dia dengan malu-malu bercerita bahwa mereka sudah sangat<br />menginginkan anak dan sampai saat ini Hartini sudah periksa ke dokter dan dinyatakan tidak ada masalah,<br />dan suaminya sendiri katanya tidak mau periksa karena merasa tidak ada kelainan dalam hal fisik, dan<br />kebutuhan batin istrinya sanggup terpenuhi. Dari situ, semakin lama pembicaraan kami semakin bebas<br />sampai saya bercerita bahwa aku pernah mempunyai bekas pacar yang fisiknya agak montok seperti<br />Hartini, dan iseng-iseng aku mengatakan bahwa biasanya wanita yang cenderung gendut mempunyai<br />payudara yang lembek dan turun dan rambut vagina sedikit dan jarang-jarang. Hartini membantah bahwa<br />tidak semuanya begitu, dan dia sendiri mengatakan bentuk kepunyaan dia sangat bertolak belakang dengan<br />yang saya katakana. Karena saya penasaran saya katakana bahwa Hartini pasti bohong, tapi dia menyangkal,<br />akhirnya dengan jantung berdebar keras takut kalau Hartini marah saya minta tolong apabila bersedia ingin<br />melihatnya. Tapi mungkin demi menjaga agar dia tidak dianggap murahan, dia menolak keras, lama<br />kelamaan saya memohon dengan muka pura-pura dibuat kasihan ditambah alasan bahwa sudah kangen<br />banget sama pacar yang saat itu berada di Jakarta yang biasanya sekali seminggu bertemu, akhirnya dia<br />mengatakan dengan pipi merah bahwa saya boleh melihat dia tapi dari jauh dan tidak boleh menyentuhnya.<br />Saya tentu saja dengan cepat menyetujuinya. Dengan gerak malas-malasan atau dibuat pura-pura berat hati,<br />dia berjalan menuju kamar belakang yang berdampingan dengan kamar depan dan tak lupa menutup jendela<br />belakang yang berhadapan dengan lahan perkebunan masyarakat untuk menjaga apabila secara kebetulan<br />ada orang yang bekerja di lahan tersebut. Kemudian dia berdiri sambil tersenyum malu-malu kepada saya<br />yang tak mau melepasakan pemandangan indah tersebut dari jendela depan yang sengaja saya atur posisi<br />saya masih di teras tetapi kepala saya melongok ke dalam rumah seakan-akan kalau orang melihat dari<br />halaman ataupun lewat dari jalanan kami sedang berbicara dengan orang yang berada di dalam rumah. Jarak<br />antara posisi duduk saya (diperbatasan teras rumah saya dengan rumah dia) hanya berjarak sekitar empat<br />meter saja keposisi dia berdiri di kamar belakang.<br />Dengan lagak seorang model dia bergerak pelan-pelan membuka kaos birunya sambil jalan ke kiri dan<br />kanan secara perlahan sampai ke balik pintu kamar sampai mata saya kadang tidak mampu melihat<br />pemandangan yang mengasyikkan, tetapi setiap mau ke arah balik pintu saya perlahan teriak<br />“Tin, jangan sampai kesitu dong, gua nggak bisa lihat nih.”.<br />Sepertinya Hartini memang sengaja membuat saya penasaran. Kaos yang ditarik ke atas lalu dijepit olejh<br />ketiaknya dan kelihatan BH berwarna merah menyala seakan-akan tidak mampu menutupi semua payudara<br />montok putih yang menyembul keluar dari bagian atas BH nya seakan-akan protes mengapa dia dijepit<br />terlalu keras. Setelah didiamkan sekitar 30 detik, sambil tersenyum mengedipkan mata sebelah kepada saya,<br />dia pun mulai membuka kancing depan BH dan membiarkan cup BH nya menjuntai kebawah. (Akhirnya<br />saya ketahui bahwa Hartini mempnyai ukuran 36 dan cupnya saya kurang tau, yang jelas satu telapak tangan<br />saya masih belum bisa menutupi sebelah payudaranya dan dia mempunyai BH yang tidak mempunyai<br />kancing di belakang). Mata saya seakan-akan mau keluar melihat pemandangan tersebut, sedangkan dia<br />sendiri seakan-akan bangga menatap bagaimana saya sangat terpesona dengan payudaranya dengan puting<br />sebesar puntung rokok Sampoerna Mild dan berwarna coklat kemerahan . Dalam 30 detik seakan-akan saya<br />tidak bernafas tidak mau melepaskan pandangan saya sampai akhirnya dia berseru pelan<br />“Udah ya, ntar lagi suamiku pulang”<br />Saya tidak dapat berkata apapun saat itu dan sesudah merapikan pakaiannya, Hartini kembali ke teras<br />seakan-akan tidak terjadi apa-apa kecuali berdiam diri dan duduk diteras rumahnya sedangkan saya sudah<br />pindah duduknya kembali ke teras rumah saya. Setelah beberapa lama, perlahan berkata,<br />“Jangan bilangin sama siapa-siapa ya?” kelihatannya Hartini sangat ketakutan apabila diketahui orang lain.<br />“Jelas dong, masak gua bilangin sama orang, kan gua juga menanggung resiko”<br />Sesaat kemudian dari jauh sudah kelihatan bahwa Nardi sudah pulang bersama teman-temannya yang ikut<br />lembur. Kami pun berusaha berbicara normal tidak perlahan lagi tetapi membicarakan yang lain.<br />Setelah menaiki tangga, Nardi langsung menyerahkan tas bekalnya kepada Hartini dan Hartini langsung<br />membawa masuk sambil memberesi tempat bekal suaminya. Saya dan Nardi ngobrol sebagaimana layaknya<br />bertetangga walaupun dia tetap menaruh hormat karena bagaimanapun kalau di pabrik dia menjadi bawahan<br />saya.<br />Malamnya saya terus memikirkan persitiwa tadi sore, kenapa dia bersedia menunjukkan sesuatu yang<br />harusnya hanya boleh dilihat oleh suaminya, padahal dia mengatakan dalam hal kepuasan batin dia<br />mengakuinya. Dalam hati saya berniat untuk lebih jauh., lagi mengingat bahwa Hartini tidak marah.<br />Besoknya kira-kira dalam situasi yang sama sepulang kerja kami ngobrol kembali, dan saya beranikan untuk<br />memancing lagi.<br />“Kemarin memang benar ya, punya kamu memang bagus sekali bukan karena BH”.<br />Dia tersenyum manis sedikit malu mungkin merasa bangga dengan pujian yang keluar dari mulut saya.<br />“Tapi saya nggak yakin bahwa rambut bawah kamu bukan seperti yang saya lihat punya bekas pacarku<br />dulu”<br />Dengan masih tertawa kecil dia memperbaiki rambutnya dengan kedua tangannya.<br />“Kan kemarin aku bilang apa, sekarang minta itu, sekarang ini, besok minta yang lain lagi dong Awas lho<br />nanti ketahuan pacarmu yang sekarang di Jakarta, tau rasa deh.”<br />“Nggak mungkin dia tahu, kecuali kamu yang bilanginnya”<br />Walaupun saya menjawab mengatakan tidak perlu khawatir, tapi dalam hati saya bertanya kenapa justru<br />pacar saya yang dia khawatirin bukannya diri sendiri atau suaminya. Berkat bujukan dan rayuan seorang<br />laki-laki walaupun bukan seorang ahli, dia berkata perlahan<br />“Tapi ingat ya, hanya sebentar dan sekali ini saja ya. Aku takut nanti ketahuan sama suamiku, bisa dibunuh<br />aku nanti. Sekalian awasi orang lain mana tau ada yang mau kesini”<br />Saya hanya mengangguk cepat, tak sabar melihat pemandangan yang akan saya lihat.<br />Perlahan Hartini berjalan menuju kamar belakang sambil saya menikmati pantatnya seperti pantat bebek<br />sedang berjalan. Pemandangan dari belakang membuat penis saya sudah mulai naik dan saya langsung<br />membereskan posisi kontol saya agar tidak sakit. Sesampai di kamar dia pun sepertinya agak gugup<br />mengintip sekeliling luar rumah dari celah papan. Sebentar kemudian dia menaikkan rok katun berwarna<br />hitam setinggi lutut sampai celana dalam merahnya kelihatan. Mata saya seakan tidak mau berkedip takut<br />melewatkan pertunjukan gratis tersebut. Dia menatap saya dengan mata gugup, sepertinya ingin pertunjukan<br />tersebut.<br />“Lex, udah lihat kan” teriaknya perlahan seperti berbisik.<br />“Kan belum dibuka, tadi udah janji boleh lihat dari jauh. Kalau nggak aku aja deh yang buka ke situ ya”<br />sahutku dengan perlahan sambil mata mengawasi sekeliling, tapi saya yakin masih kedengaran kepada dia.<br />“Jangan …jangan kesini, disitu aja.”dia menjawab sepertinya ketakutan. Saya pun menganggukkan kepala .<br />Kemudian dia melepaskan lagi rok yang sebelumnya diangkat sampai jatuh seperti posisi biasa, dan kedua<br />tangannya masuk dari bawahnya menurunkan CD sampai lepas, dengan sebelah tangan masih memegangi<br />CD kemudian Hartini mengangkat roknya kembali ke atas. Ya ampun……<br />Vaginanya sepertinya tertutupi oleh pegunungan hitam. Dia menatap saya dan mengangguk dengan ekspresi<br />meminta persetujuan agar selesai. Saya sendiri berusaha agar lebih lama lagi menonton, tapi 15 detik<br />kemudian dia langsung membungkuk dan memakai kembali CD nya. Kemudian dia membuka pintu kamar<br />belakang untuk menghilangkan kecurigaan suaminya apabila pulang nantinya dan langsung menuju dapur<br />untuk memberesi makan malam kami nantinya dan tidak bertemu lagi sampai kami makan malam. Dalam<br />hati saya mulai yakin bahwa saya tidak bertepuk sebelah tangan. Selama ini apabila saya merasa sudah<br />horny, sayang melampiaskan dengan onani di kamar sambil tiduran ataupun di kamar mandi.<br />Semenjak kejadian tersebut saya mulai berani memeluk, mencium maupun meraba sekalian menciumi buah<br />dadanya sewaktu giliran Hartini mau mengantarkan pakaian bersih dan menyusun di lemari pakaianku yang<br />saya tempatkan di kamar tidurku. Biasanya sewaktu dia mau ngantar pakaian di depan pintu kamar biasanya<br />dia sudah kasih kode jari di mulut, memberi info tidak aman. Apabila aman dia cuma senyum kecil, saya<br />mengartikan isyarat aman. Disaat seperti itulah biasanya saya bisa menikmati bibir maupun teteknya.<br />Kadang saking gemasnya saya tak sadar mengisap puting buah dadanya sampai dia kesakitan dan berbisik<br />“Lex…. Jangan keras-keras. Emang nggak sakit.”<br />Biasanya saya langsung minta maaf dan mengelus-elus buah dadanya dengan mesra. Ada kalanya Hartini<br />tidak mau dicium karena sedang pake pewarna bibir, katanya nanti kalau dicium bisa hilang, suaminya bisa<br />curiga, Sampai sampai sewaktu memberikan uang makan dan cuci pakaianku pun selalu saya menaruhnya<br />sendiri ditengah buah dadanya baru saya tutup sendiri BH nya dan diakhiri dengan senyum dan cium.<br />Puncak perselingkuhan kami adalah saat saya mau masuk shift sore, masuk jam empat sore dan biasanya<br />pulang jam 12 malam, kalau buah sawit sedang panen raya dan menumpuk biasanya diteruskan sampai pagi.<br />Setiap shift sore biasanya saya akan pulang sekitar jam 7 atau 8 malam untuk malam, sementara bisa<br />bergantian dengan asistenku, biasanya jatah satu jam. Dan suami Hartini yaitu Nardi biasanya karena tidak<br />punya kendaraan, malas pulang dan sudah membawa bekal dari rumah sore harinya. Sore itu sekitar jam 2<br />siang saya sudah mandi dan bersiap-siap mau berangkat, karena sebagai kepala shift harus koordinasi dulu<br />dengan kepala shift pagi, dan saya masih memakai handuk bertelanjang dada di kamar, Hartini datang ke<br />kamar sambil menaruh jari diatas bibir, pertanda tidak aman. Saya berbisik,<br />“Emang dimana suamimu”<br />“Itu masih lagi tidur di kamar” jawabnya perlahan. Hartini pun berjalan menuju lemari pakaianku sambil<br />tangan kirinya mencubit puting tetekku. Saya merasa geli, dan mau membalas mencubit teteknya. Dia<br />mengelak sambil berbisik,<br />“Jangan sekarang, ntar malam aja, waktu pulang makan”<br />“Dimana”<br />“Ntar ke kamar saja langsung, pintu belakang tidak kukunci, hanya ditutupkan saja”<br />“Tapi nanti jangan pake apa-apa ya.“ godaku pelan sambil main mata<br />Saya diam memikirkan kata-katanya, Sambil berjalan ke teras saya masih sempatkan meraba pantatnya<br />sampai dia menepiskannya. Saya kaget memikirkan ada apa Hartini malah mengundang saya malam-malam<br />ke kamarnya.<br />Sampai di pabrik saya tidak konsentrasi dalam mengawasi karyawan melakukan tugas masing-masing dan<br />masih memikirkan apa maunya Hartini. Saya sengaja agak lebih lama pulang makan malamnya sekitar jam<br />8.30 malam, dan suasana perumahan sudah agak sepi karena gerimis dari sore. Saya langsung menempat<br />motor dinas ke belakang rumah agar tidak menyolok dari luar. Saya masuk rumah dan menyalakan lampu<br />sebentar kemudian dari celah papan, saya mengintip rumah sebelah dan kelihatan rumah sangat gelap,<br />karena biasanya pada saat tidur memang kebiasaan lampu dimatikan. Pandangan orang dari luar kalau lampu<br />sudah dimatikan biasanya enggan bertamu paling tidak kalau tidak benar-benar penting sekali.<br />“Tin…..udah tidur ya, kesini dong?” teriakku pelan, sampai dua kali saya berteriak pelan, Hartinipun<br />mendekat dibatasi oleh papan pembatas berbisik<br />“Pintu belakang tidak dikunci, Alex aja yang kesini”<br />Sayapun berjalan menuju kebelakang rumah sambil mematikan lampu ruang tengah, sehingga dari luar<br />kelihatan saya sudah pergi kembali ke pabrik. Karena sangat gelap saya membiasakan mata dulu, baru<br />mengawasi sekeliling. Mengingat kaos kerja yang saya pakai berwarna putih, saya membuka dan<br />menyangkutkan di pintu belakang sebelah dalam. Lalu berjingkat-jingkat perlahan saya menuju pintu<br />belakang rumah Hartini. Dengan sangat hati-hati saya mendorong pintu, takut mengeluarkan suara dan<br />berjalan pelan sekali sambil menahan nafas, takut getaran kaki saya di lantai papan kedengaran sama orang<br />lain. Memasuki kamar depan, Hartini kelihatan tidur dengan memakai kain sarung sebatas dada dan kaos<br />you can see berwarna pink yang bisa saya lihat dari cahaya lampu jalan di depan rumah masuk dari celah<br />papan kayu. Hartini berpura-pura memejamkan mata. Saya langsung jongkok di sampingnya dan meraba<br />bua dadanya tanpa membuka kain sarungnya. Dia melirik sambil tangannya mencubit pipi saya. Saya<br />teruskan dengan mencium bibirnya. Tak lama kemudian dia pun membalas dan tangan saya mulai<br />menurunkan kain sarungnya dan manaikkan kaos sampai buah dadanya kelihatan penuh. Saat itu Hartini<br />tidak memakai BH lagi seperti godaan saya siang harinya. Agak lama kami berciuman sambil tangan<br />kananku meremas-remas kedua buah dadanya. Saya merasa sudah sangat horny begitu juga penglihatan saya<br />kepada .Hartini.<br />“Tin, mau nggak kita masukin, ntar gua buang diluar deh.” Bisikku<br />“Lex, jangan dibuang diluar” jawabnya pelan sambil memelukku lebih keras sambil mencium pipi kiriku .<br />“Ntar kalau hamil gimana dong, bisa bahaya kita” sahutku.<br />Tanganku masih terus memutar-mutar putting kirinya. Tangan kiriku memangku lehernya sambil menahan<br />berat tubuhku, karena saat itu saya masih jongkok.<br />“Biar aja. Aku kan punya suami. Kalau aku hamil kan wajar”<br />“ Tapi kalau nantinya anaknya lahir mirip gua gimana dong, suamimu bisa curiga loh”<br />Dia menatap saya memelas, seperti meminta pertolongan, saya merasa kasihan melihat wajahnya.<br />“Tolongin aku ya Lex, pokoknya dikeluarin didalam aja. Saya tanggung kamu tidak akan apa-apa. Aku<br />pengen hamil Lex. Aku ingin buktikan kepada keluarga suamiku bahwa aku tidak mandul.”<br />Sepertinya dia memohon. Saya ingat bahwa Hartini pernah cerita bahwa beberapa keluarga suaminya diamdiam<br />sudah menganjurkan agar suaminya mencari istri lagi kalau ingin punya anak.<br />“Kamu sudah yakin” Saya ingin menegaskan lagi bahwa dia memang meninginkannya.<br />“Iya Lex, tolongin aku ya” bisiknya langsung mencium bibirku. Saya pun membalas ciumannya setelah<br />yakin dia memang sangat menginginkannya. Sambil tetap berciuman tanganku mulai menarik turun kain<br />sarungnya sampai lepas melewati kaki. Saya melepaskan bibirku turun ke puting buah dadanya sambil<br />tangan kananku meraba pangkal paha. Sepertinya CD Hartini sudah agak basah. Hartini mendesah pelan<br />sambil tangannya masih memeluk kepalaku, sekali-kali berusaha menekan kearah teteknya yang sedang<br />saya putar-putar pakai lidah, sambil tanganku menarik CD nya turun lepas dari kakinya dibantu dengan<br />gerak pantat Hartini yang terangkat. Mataku sekali-sekali melirik ke arah vagina yang ditumbuhi rambut<br />yang lebat dan tanganku meraba-raba menyisihkan rambut yang lebat agar tanganku bisa masuk ke lobang<br />vaginanya. Refleks tangan kiri Hartini menangkap tangan kananku dan menariknya ke atas tanpa<br />melepaskannya lagi. Saat itu mulutku mulai turun ke arah perut, tetapi sesampai pusar Hartini menolak dan<br />menahan kepalaku agar jangan sampai ke memeknya. Saya berusaha pelan-pelan menarik kepalaku sampai<br />mulutku hampir mencium vaginanya. Tiba-tiba Hartini bangun duduk. Saya kaget dan takut dia marah.<br />Sambil menatapku dia melingkarkan tangannya ke leherku, berbisik.<br />“Jangan cium, bau. Aku nggak mau dicium itu.”<br />“Nggak bau kok Tin, malah harum. Sebentar aja ya” jawabku merayu sambil cium lehernya. Hartini<br />menggelinjing dan sambil mendesah pelan<br />“Pokoknya jangan ya Lex, kamu masukin aja punya kamu”<br />Tangannya meraba ke arah penisku, yang sudah menegang tapi tidak maksimum karena kurang konsentrasi,<br />setiap saat harus mengawasi suara di sekeliling rumah. Saat itu saya malah masih memakai celana kerja<br />telanjang dada. Hartini berusaha membuka gesper, tapi agak kesulitan. Saya bangun dan membuka sendiri<br />sampai benar-benar telanjang. Lalu saya tunjukkan penisku kepada Hartini, dia membuang muka. Saya<br />memegang kepalanya bermaksud agar dia mau mengoral penisku, tapi dia bertahan tidak mau. Akhirnya<br />kami kembali berbaring di tempat tidur menetralkan suasana sambil kembali memulai cumbuan. Akhirnya<br />saya dan Hartini sepertinya sudah kembali sama-sama horny, dan saya putuskan mengangkat kaki kananku<br />merenggangkan kedua kakinya. Sedikit demi sedikit kakinya mulai ngangkang sampai kedua kakiku bisa<br />masuk, siap untuk memasuki lubang surga. Tapi Hartini memelukku dengan erat sampai mulutnya<br />menyumpal mulutku dan membisiki,<br />“Kita di lantai aja ya. Jangan disini. Soalnya tempat tidurnya berisik nanti”<br />Tanpa menjawab saya langsung bangun turun dari tempat tidur dan Hartini ikut bangun sambil bawa sebuah<br />bantal dan berbaring merenggangkan kakinya di lantai. Saya yang sudah nggak sabaran langsung<br />mengambil posisi. Tak lupa kaos pinknya saya buka sampai lepas melewati kepala. Tangan kanan saya<br />memegang penisku mengarahkan ke vagina yang sudah banyak mengeluarkan cairan. Sesaat sesudah<br />menyentuh bibir vaginanya, kami berdua saling memandang, seakan-akan meminta persetujuan, dan<br />mulutku mencium mulut Hartini dan langsung dibalas sambil memeluk erat.<br />“Tin, gua masukin ya. Nggak nyesal kan?” Bisikku kembali memastikan.<br />Hartini tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala pelan, tapi terasa bahwa dia sudah merespon, pelanpelan<br />saya masukin penisku yang berukuran diameter 4 cm dan panjang 12 cm. Saya menahan nafas<br />begitupun Hartini menikmati saat indah tersebut. Walaupun vagina Hartini sudah mengeluarkan banyak<br />cairan, sepertinya masih bisa gua rasakan betapa saat memasuki memeknya terasa nikmat sampai sesudah<br />masuk semua, saya diamkan sambil memandang muka Hartini yang memejamkan matanya. Sesaat<br />kemudian dia membuka matanya dan langsung buang muka merapatkan pelukannya sambil mencium<br />leherku. Dengan bertumpukan kedua siku di lantai saya mulai menaikturunkan pantatku, sampai kedengaran<br />bunyi suara dari lobang vagina Hartini seperti suara tepukan tangan di air.<br />“plok…plok….plok……”<br />Beberapa lama saya menggenjot penisku, tiba-tiba kedua kaki Hartini menjepit keras kedua kakiku sampai<br />saya kesusahan mengangkat pantatku, sampai saat pantatku kuangkat terasa berat karena pantat Hartini juga<br />ikut terangkat dan kurasakan leherku digigit. Saya berpikir mungkin dia sudah orgasme, tapi kurasakan juga<br />ada yang mendesak dari penisku.<br />“ Kamu udah keluar duluan ya” tanyaku karena jepitan kakinya terasa semakin lama semakin lemah sampai<br />kini telapak kakinya sudah menapaki lantai kayu lagi seperti semula. Dia tidak menjawab hanya mencaricari<br />mulutku dengan mulutnya dan melumat lidahku.<br />“Gua udah mau keluar nih, keluarin diluar aja ya?” bisikku sesaat setelah bisa melepaskan lidahku dari<br />mulutnya, memastikan karena saya masih takut resikonya di kemudian hari.<br />“Tolongin aku Lex..aku ingin sekali hamil.” Suaranya seperti mau nangis meminta. Tapi tangan kanannya<br />sudah ditaruh diatas pantatku sepertinya menjaga agar nantinya saya tidak melepaskan penisku dari<br />vaginanya.<br />“Ya udah, tapi kamu harus jaga rahasia ini baik-baik ya?” jawabku<br />“Iya…iya…nggak usah khawatir, tapi janji jangan dibuang di luar ya” bisiknya.<br />Saya nggak jawab lagi tapi mulai menggenjot memeknya lagi yang sepertinya semakin kurang menjepit<br />karena sudah orgasme seraya mulutku mengulum lidahnya. Beberapa saat kemudian aku membisiki<br />telinganya,<br />“Gua udah mau keluar” sambil genjotanku semakin cepat dan tangan kanannya menekan pantatku semakin<br />keras ditambah kedua kakinya menekan belakang pahaku dari atas sambil tangan kirinya memeluk leherku<br />dengan ketat, sampai akhirnya<br />“ouchhhhhh……” mulutku mengulum mulut Hartini seakan mau menghabiskan saat itu. Dan terasa ada<br />yang keluar dari kontolku membasahi memek Hartini.<br />“Crooot….crooot…croooooot…”<br />Sampai rasanya tidak ada lagi yang dikeluarkan baru saya menghentikan genjotanku dan diam bertumpukan<br />kedua siku tangan dan penisku sengaja saya tumpukan ke vagina Hartini. Saya terdiam tidak bergerak,<br />sambil memandangi mukanya yang terpejam. Kukecup bibirnya dan berbisik.<br />“Tin, aku balik ya, kelamaan ntar orang lain bisa curiga”<br />“Makasih ya Lex, makan malamnya sudah aku taruh dirumahmu tadi sebelum kamu dating.” Jawabnya<br />pelan.<br />Tetapi ketika saya mau melepaskan penisku dari vaginanya, dia meraih leherku dan sesaat mencium bibirku<br />dengan mesra. Ketika sudah dilepaskan aku langsung bangkit berdiri dan mencari celanaku yang saya lupa<br />taruh dimana. Hartini masih tiduran dan merapatkan kakinya memandang saya dan mengarahkan<br />telunjuknya ke tempat tidur, tapi yang saya lihat malah CD nya, dan mengambil dengan tangan kiri untuk<br />diserahkan kepada Hartini , tapi dia malah menarik tangan kananku dan tangan kanannya menyambut CD<br />seraya menyuruhku pelan agar jongkok Saya mengikuti saja tanpa tahu kemauannya. Hartini melap<br />kontolku yang masih basah dengan cairanku yang bercampur dengan cairannya sendiri dengan CD putihnya,<br />saya tersenyum dan meremas buah dadanya dengan tangan kiri. Kemudian telunjuknya menunjukkan<br />dimana tadi celana saya lepaskan. Sesaat sesudah saya memakai celana, saya jongkok untuk mencium dia<br />dan pamit sekalian berterima kasih atas bonus cuci pakaian dapat cuci penis, dia tersenyum sambil mencubit<br />pelan pipi kiriku.<br />Begitulah sampai sekitar 6 bulan kemudian kami sering melakukan hubungan suami istri setiap ada<br />kesempatan, walaupun tidak setiap berhubungan Hartini mendapat orgasme karena kadang saya merayu<br />dengan alasan biar lebih cepat hamil walaupun dia sedang tidak menginginkannya atau takut ketahuan orang<br />lain yang penting birahiku terpuasakan. Enam bulan kemudian saya menikah dan istriku menjadi seorang<br />ibu rumah tangga yang tinggal bertetangga dengan Hartini, dan anehnya empat bulan sesudah menikah istri<br />saya hamil. Saya merasa kasihan kepada Hartini, walaupun kami berhubungan sekitar enam bulan seperti<br />suami istri belum hamil-hamil juga bahkan sampai saya mutasi ke Jakarta kembali. Dia hanya sedih menatap<br />kepergian kami sewaktu mau meninggalkan perumahan tanpa kata-kata perpisahan.<br /><br />Demikianlah kisah <a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">ngentot</a> ku yang sangat berkesan bagiku.jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-57896036821993484722011-03-13T20:56:00.000-07:002011-03-13T21:02:14.211-07:00Selingkuh Dengan teman kantor<a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">Cerita seks</a> kali ini tentang <a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/2011/03/selingkuh-dengan-teman-kantor.html">Cerita selingkuh</a> dengan teman kantor, yang bercerita dalam cerita kali ini adalah sang wanita. Erwin , 34 th, adalah teman sekantorku, sedangkan aku sendiri berumur 39 th. Sejujurnya aku meraskan sesuatu dalam dirinya. Sapaannya yang khas dan sorot matanya yang dalam bila memandangku membuatku merasakan ada suatu getaran dilubuk hatiku.<br />Suatu hari aku minta tolong sama dia buat beliin komputer buat anakku dengan spek yang sesuai dengan budgetku. Setetlah dapat, komputernya di kirim ke kantor. Aku disuruhnya bawa pulang dan dia janji hari Minggu besok mau masangkan lengkap dan siap pakai.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.tribunnews.com/foto/bank/images/Selingkuh-di-kantor-ILUSTRASI.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 320px; height: 213px;" src="http://www.tribunnews.com/foto/bank/images/Selingkuh-di-kantor-ILUSTRASI.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Kebetulan hari Minggu anak-anakku ada acara keluar, trus kutelpon dia, ”Win, jadi kesini engga, nih aku mo nganter anak-anak dulu keluar, kalo kamu datang duluan tungguin aja yah bentar. Masuk aja ke teras, pagarnya engga aku kunci kok”. ”Beres mbak, pergi aja dulu nganter anak-anak”, begitu kata si Erwin.<br />Setelah aku ngenter anak-anak dan nyempe rumah, ternyata si Erwin blom datang juga. Kusempatkan mandi dulu trus ganti baju biar kelihatan fresh. Aku pake celana pendek selutut dan atasan tank top hitam. Rambutku yang lebat aku kuncir ke belakang, sehingga leherku terbuka lebar. Tapi sewaktu mandi tadi, entah kenapa gairahku memuncak, sehingga rasanya seperti cacing kepanasan. Kubasahi seluruh tubuhku dengan sabun cair, trus aku mainin sendiri susuku, aku pilin-pilin kedua putingku sampai terangsang benar, sampai vaginaku basah dan klitorisku menegang. Aku gosok-gosok klitorisku yang sudah licin ini terus menerus bersamaan dengan putingku, hingga tubuhku menggelinjang kenikmatan, sampai akhirnya aku bergumam menhan klimaks yang mengasyikkan.<br /><br />Ah, rupanya dia sudah datang dan ketika kubuka pintu untuknya ia terpana melihat diriku yang memakai pakaian yang cukup minim itu. ada perasaan bangga dan gairah setiap matanya mencuri pandang menatap belahan dadaku ini. Kusuruh dia masuk dan langsung kusiapkan peralatan untuk mengeset meja komputer dan komputernya juga. Memang cekatan kerjanya, hanya dalam waktu yang tidak beberapa lama selesai sudah. Tinggal menginstal program-program yang aku butuhkan. Karena mneginstal itu cukup lama, sambil menunggu kuajak dia istirahat di sofa ruang tengah. Saat aku menyuguhkan minuman kepadanya, aku kan agak membungkuk sehingga belahan dadaku terlihat, tampak sekali ia menahan diri dan mengalihkan pandangannya, memang “gentleman” pria ini. penampilannya agak slengekan tapi sikapnya lembut dan menjaga diri. Tetapi setelah itu terlihat nafasnya agak berat, menahan sesuatu yang bergolak.<br />Aku yang sejak mandi tadi sudah ingin merasakan kehangatnnya menjadi tidak sabar. Aku menggeser posisiku mendekatinya, lalu kucium pipinya sebagai ucapan terimakasihku. Dia tersipu malu, ”Ah jangan mbak, ntar aku minta lagi lho.<br />”Emangnya kamu mo minta apa Win ?”, katanya. ”Minta pulang mbak, gak tahan soalnya, mo mandi aja biar bisa kluar”, kata si Erwin sambil tersenyum. Aku yang sudah gak sabar langsung aja kulumat bibirnya dengan bibirku. Kewanitaanku bangkit walaupun aku tahu ini salah tetapi tanpa kusadari bibir kami sudah berpagutan dan lidah kami saling menyerang.<br /><br />Kami saling menghisap bibir beberapa saat sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas ciuman hangat kami. “Erwin….” kataku ragu. Kami saling menatap beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberijawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang memulai, aku dan Erwin saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah.<br /><br />Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Erwin mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku ini bisa menyentuh ragaku selembut ini, semakin kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, dan menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Kembali Erwin yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi duduk tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.<br />Erwin mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.<br />“Mmhh.. Erwin u..sudah terlalu jauh..” desahku di sela-sela ciuman panas kami. Aku agak lega saat tangannya meninggalkan selangkanganku, namun ia mulai menarik tanktopku hingga terlepas dari jepitan celana pendekkuku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang padat dan puting susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuatnya semakin penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku.<br /><br />Permainannya yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah bajunya kusingkap terlihat ada bulu-bulu tipis di dadanya. Tak lama ia pun memutuskan untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut BHku.<br />Diciumi buah dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Sama sekali tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi. “Ooohh.. sshh.. aachh.. Erwin u..” desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek putingku yang terasa sangat peka.<br /><br />Erwin menjilati dan menghisap dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini, “..Oooh Erwin suuddhaah.. Eerr.. stoop..!!” tetapi Erwin terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat. Penisnya yang kesras dan berotot mengacung tegang, karuan aku terbelalak melihatnya, vaginaku tiba tiba berdenyut tak karuan. Oh..tak kupikirkan akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.<br /><br />Erwin melepas putingku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku. Ia menarik celanaku dan membungkukkan badannya menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.<br />Akhirnya, dengan menyibakkan celana dalamku, Erwin mengalihkan jilatannya kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi. “ggaahh.. Erwin..stoop..ohh..” bagaikan terkena setrum rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan saat lidah Erwin melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh klitorisku.<br /><br />Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh sedang Erwin berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang kekar berotot Oohh..betul betul luar biasa napsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat batang kemaluannya.<br />Kupasrahkan diriku ketika Erwin membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Erwin menurunkan pantatnya dan menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala penis Erwin menembus vaginaku.”Hngk!..” Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya agak seret memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.<br /><br />Tanpa terburu-buru, Erwin kembali menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.<br /><br />Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks dengan sahabat suamiku ini lebih dalam.<br /><br />“Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. heeruu.. masukin penismu yang dalaam..!! oouch.. niikmaat.. heerr..!! aku merasakan suatu rangsangan yang hebat didalam diriku. Seluruh rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan begitu nikmatnya dinding vaginaku digesek batang penisnya yang keras dan berotot..!<br />Akhirnya seluruh batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Erwin mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, “..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!” aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.<br />“hh.. sshh.. hh.. Heerruu.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sahyangghh..” Erwin membalas dengan pertanyaan “Ohh.. mbak Win enak banget mbak !”<br />Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Erwin kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.<br /><br />Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar. “Ahh.. Ouchh.. terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! Ooohh.. Erwin.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. main sama kamu..!!” mendengar celotehanku, Erwin yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah kurasakan selama ini.<br /><br />Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku “Ngghh.. nghh .. nghh.. Erwin u.. Akku mau keluaar..!!” pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Erwin mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. “..aacchh.. Erwin u.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!”<br /><br />Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti ‘forever’ menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Erwin erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Erwin terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.<br /><br />Beberapa detik kenikmatan yang terasa seperti ‘forever’ itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Erwin masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Erwin mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.<br />Setelah aku kembali “sadar” dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing Erwin untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.<br /><br />Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku setelah klimax rasanya malas sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini Erwin memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.<br /><br />Lalu Erwin memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi “doggy style” dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan sekarang aku akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu sambil memelas “..Yeess..Err..masukin penismu dari belakang kelobang memekku..” Erwin pun menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh seksi dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.<br />Sambil memegang batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju ”Bleess..” ..Ooohh.. Erwin u.. teruss.. Err.. yang.. dalaam..!! mataku mendelik merasakan betapa batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. Tetapi Erwin sudah lebih dari 5 menit menggarapku dengan gaya ‘doggy style’ ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku bukan lagi pada tahap “menanjak” tapi sudah berada di awang-awang di puncak gunung kenikmatan yang tertinggi.<br /><br />“Hngk.. ngghh..Erwin u..akuu mau keluaar lagii.. aargghh..!!” aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.<br /><br />Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Erwin yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Erwin menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.<br />Erwin memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas. “Winda aku belum keluar sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!” Aku benar benar terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi Erwin belum juga keluar, bukan main perkasanya. biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya kadang kadang aku malah tidak bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu buru.<br />Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot batang kemaluannya kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Erwin menggeliat geliat kenikmatan, “..Ohh yess Hes.. nikmat sekalii.. teruss hes.. lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh.. heestyy.. saayaangg..!!” Erwin mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja menyelomot batang kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku, kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar saja melihat gerakan erotisku Erwin makin mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang Erwin untuk bisa cepat ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut denyut clitorisku mengeras lagi.<br /><br />Ohh.. beginikah multiple orgasme yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat sekali, Erwin menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap kembali batang kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas penisnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang kemaluannya lalu kududuki sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang bintang di langit kembali bermunculan.<br />“..Ooohh..mbak Win..kau sungguuh seksxyy.. ..!!” Erwin memujiku setinggi langit melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini. “..Yess.. Erwin u.. yeess….!” kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu melesak dalaam sekali..<br />Giliran Erwin merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.<br />Batang kemaluannya kugenjot dan kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot vaginaku sehingga penis itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar benar membuatku bangga sekali, Erwin bagai Layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang penisnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas, “..Ooohh.. aachh.. yeess.. Heess.. yeess..!!”<br />Erwin membelalakan matanya sama sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi tubuhnya, lalu Erwin bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot buah dadaku… aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah dadaku. “..selomot.. pentilku.. dua. duanya.. Errr..yeess..!! …sshh.. …oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, “..Ooohh.. mbak Wi.. nikmatnya bukan main posisi ini..! batang penisku melesak dalam sekali menembus memekmu..!” Erwin mendengus-dengus kurasakan batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup, “..Ohh.. sshh..aahh.. Erwin u ..keluaar.. bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..! “..yess..Hess..aku… keluarkan diluar apa didalam..?”. “..Ohh.. Erwin kontoolmu.. jaangaahhn..dicabuut..keluarin .. didalaam..!!<br />Tiba tiba bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku, “..aachh. jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu mbak…!!” Erwin memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku, terasa kental dan banyak sekali. Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan “..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. teekeen penismu.. sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa terbetot keluar terombang ambing dalam lautan kenikmatan yang maha luas. Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.<br /><br />Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Erwin aku kuatir akan ketagihan dengan batang penismu yang maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Erwin sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.<br />Erwin telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!! akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Erwin melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya mengangguk tak berdaya.<br /><br />Sepeninggal Erwin dari rumah, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu kejadian yang sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan seks dengan temankantorku bahkan harus kuakui, aku betul betul menikmati kedahsyatannya. Dan aku sangat menikmatinya dan sangat mengharapkan Erwin melakukannya lagi terhadapku.<br /><br />Demikian Ceritaku yang benar benar nyata tanpa aku rekayasa apalagi aku karang. semoga bermanfaat.jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-85453073771098849912011-03-13T20:41:00.000-07:002011-03-13T20:46:39.577-07:00Seks ku dengan SPG<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.duniaupload.com/files/19361/wmayhm5546kxuf7c.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 200px; height: 300px;" src="http://www.duniaupload.com/files/19361/wmayhm5546kxuf7c.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Tentu udah banyak yang tau SPG cantik cantik, apalagi kalo spg multivitamin, pastilah modal cantik aja, Berikut Cerita gue bareng SPG.<br /><br />Nama gw kahim. ya nama samaran lah! masa iya ada orang namanya kahim? gw adalah seorang mahasiswa di kampus grogol. cerita ini berawal ketika suatu hari gw balik dari kampus. masi pada inget kan beberapa tahun yang lalu pertamina pernah bikin event "pertamina on the move" (kalo ga salah)<br />pas pertamina lagi promosi gitu, gw jadi sering ngisi bensin di kuningan, karena banyak SPG cewenya nah pas gw isi bensin, emang sengaja gw milih tempat bensin yang SPG nya bagus. akhirnya pilihan gw jatuh ke SPG yang agak gelap kulitnya, gak terlalu tinggi, dan rambutnya dikuncir buntut kuda gitu.<br /><br />pas mobil gw lagi diisi, gw disapa sama dy<br />"permisi mas, boleh saya tanya2 sebentar?"<br />"lama juga gapapa kak" jawab gw<br />waduh senyumnya manis banget. sambil dy kanjutin pertanyaan "mas namanya siapa?"<br />"nama gw kahim. nama lo siapa?<br />"saya elin. boleh minta nomer telpon mas?" (karena emang diminta data2nya)<br />"boleh aja sih kak, tapi ntar harus ditelpon ya sama kakak?"<br />dy cuma ngasi senyum lagi tapi ga ngomong apa2<br />"yauda ni saya kasih nomer saya deh, tapi ntar harus ditelpon yaa. " kata gw sambil ngasi nomer hape gw<br />"yauda makasi ya mas" (gw lupa apa aja yang ditanya, seinget gw itu doang)<br /><br />sampelah gw dirumah, beres2 nonton tipi di kamar. seinget gw sih gw uda lupa sama kejadian di pom bensin. yaelah secara itu cuma iseng2 berhadiah. dapet sukur, ga dapet ya kasian juga adek gw<br />tiba2 ada telpon dari nomer ga dikenal. begitu gw angkat, suara cewe yang ngomong. "halo....ini kahim bukan?"<br />"iya ni siapa ya? sori nomernya ga gw save" kata gw<br />"ya iyalah lo ga tau nomer gw. gw aja baru tau nomer lo tadi."<br />"emang ini siapa?<br />"ini gw elin"<br />"elin? elin siapa?" sumpah gw uda lupa sama kejadian di pom bensin tadi<br />"ini gw elin yang tadi nanya lo kuisioner di pom bensin" kata dy<br />"buset! kalo jodoh emang ga kemana." ini kata adek gw<br />"oooh elin. sori2 gw lupa. gw baru nyampe rumah soalnya." kata gw<br />"haha iya gapapa him."<br />"lo lagi dimana lin?"<br />"ni gw lagi di kosan"<br />dan kita ngobrol lama sampe gw tau kalo dy ngekos di tebet dan dy lagi kuliah di sahid. akhirnya udahan telponnya dan kita janjian buat ketemu lagi.<br /><br />sore 2 hari kemudian, elin nelpon gw pas g lagi di kampus. "lagi dimana him?"<br />"ni gw lagi dikampus. lo dmana lin?"<br />"gw lagi siap2 mau jaga shift di spbu kemaren"<br />"oh gitu? ampe jam brapa?"<br />"sampe jam 9 doang kok"<br />"yauda ntar jam 9 gw jemput ya? nanti jam 9 gw nyampe spbu kuningan"<br />"oke boleh. see you."<br /><br />wiiiii, lumayan ada temen "main" hari ini gw langsung ke mobil, ngambil stok ganja (andelan gw banget ni kalo lagi mau minta jatah ama selir), trus langsung sibuk ngelinting buat persiapan nanti.<br />akhirnya jam 8 gw cabut dari kampus dan sampe spbu jam 9. si elin uda siap gw angkut tuh, langsung aja dy masuk mobil gw. "hei apa kabar?"<br />"baik. ga nyangka ya lo beneran nelpon gw kemaren." kata gw.<br />"abis lo lucu sih. gw suka aja. " kata dy. *haha adek gw langsung manggut2 kesenengan gitu<br />"yauda ni kita mau kemana ni?" tanya gw<br />"ke kosan gw aja him, gw uda cape banget."<br />"yauda tunjukin jalan ya. nih biar ga cape" kata gw sambil ngasi baks ke dy<br />"wah bob marley. gw doyan banget nih. ada lagi ga?" tanya dy kesenengan<br />"ada banyak kok, tenang aja. ntar bikin lagi di kosan ya"<br />elin ga jawab, uda sibuk sendiri sama bob marley<br /><br />"nih belok kanan him, nah itu kosan gw yang sebelah kanan pagernya warna ijo." kata dy waktu nunjukin jalan ke kosannya<br />trus kita turun dan masuk ke kosannya. ternyata kosannya campur gitu. gw dibawa langsung masuk ke kamarnya. kamarnya enak, kasurnya dibawah, ac nya dingin jadi ntar kalo main ga keringetan nih kayaknya..haha..<br />yauda kita ngobrol2 dikasur<br />"gw ngampus di sahid him" kata dy<br />"oh, masi kuliah?" tanya gw<br />"iya ni lagi ada kerjaan jadi SPG aja dari agency gw"<br />"eh him, bikin lagi dong baksnya" kata elin minta ganja<br />"yauda gw bikin dulu"<br /><br />lagi asik-asiknya ngelinting, dy berdiri, "gw ganti baju dulu ya him" kata elin<br />gw kira dy mau keluar ganti di wc, eh taunya dy langsung copot kaos didalem kamar. emang si ngebelakangin gw, tapi kurang ajar juga, nantangin gitu. haha. ga tahan gw ngeliat badan dy yang mengkel!<br />langsung aja gw samperin, gw peluk pinggangnya dari belakang sambil gw cium belakang lehernya.<br />"mmhhh.." desah elin sambil merem nikmatin ciuman gw di lehernya.<br />"bandel sih lo, ganti baju di depan gw" kata gw sambil terus nyiumin lehernya dan tangan gw yang udah naik ke dadanya yang tinggal make bh, karena kaosnya uda dilepas sama dy<br />"kan biar lo tergoda" kata dy sambil masang muka bitchy<br />waduh, liat mukanya yang nakal langsung naik drastis titit gw. titit gw jadi naik kena ke pantatnya.<br />"hahaha kok uda kenceng banget?" kata elin sambil muter badannya dan meluk gw dari depan.<br /><br />"berarti uda kepengen sayang.." sumpah uda konak banget gw waktu itu<br />tp elin cuma nyium bibir gw dan bilang "baks dulu yuk, uda lama gw ga ngebaks"<br />dan kontol gw sih uda manggut2 aja<br /><br />kita ke kasur dan ngobrol lagi sambil ngebaks. enak banget coy, ngebaks tapi di depannya ada cewe yang tinggal make bh doang<br />baru aja gw mikir gitu, dy iseng lagi langsung buka bhnya, dan topless.<br />wah nice banget toketnya, ga terlalu kenceng dan ga terlalu turun. cocok lah sama selera gw.<br /><br />"ngeliatin apa lo him?" tanya dy<br />"nggak, gw lagi ngerencanain gerakan-gerakan pas nanti gw ngisep toket lo"<br />"hahaha begoo" kata elin<br />"buka celananya dong, ga afdol kalo atasnya doang" kata gw sambil nyengir<br />elin langsung berdiri dan ngebelakangin gw. ngelepas celana jeansnya dengan sensual sangat! pelan-pelan cy buka jeansnya, sambil mukanya ngliat gw dengan muka menggoda. beuh! mana pake g-string lagi..!!<br />baru kali itu gw ngebaks sambil di kasi private striptease!! sadis!!<br />setelah jeansnya lepas, elin duduk dan ngangkang. sekarang dy ngelepas g-stringnya di depan mata gw dan di depan adek gw. wow, bags deh memeknya. ga ada bulu sama sekali, udah gitu memeknya tembem menantang gitu<br /><br />elin yang uda telanjang merangkak mendekati gw dan bisik "gw pengen dikontolin please...dingin.."<br />aw shit! titit gw langsung berdiri tegak menantang. gw lepas kaos gw sambil celana gw dipelorotin sama dy (untung gw cuma pake celana pendek) "aku mau isep kontol kamu yaaaa..." kata dy<br />kontol gw pun langsung disepong dengan cara yang sensual. dijilat dari pangkal batang sampe ujung kepala titit. "mmhh enak lin, diemut sayang..."<br />kontol gw langsung ditelen abis sama mulutnya, dan lanjut dikocokin sama mulutnya sambil tangannya mijet2 biji gw.<br />"aaaah teruss.." gw pun cuma telentang sambl menikmati keberuntungan gw<br />nyepongnya enak deh, lidahnya ngejilatin semua batang titit gw dan diakhiri dengan jilatan di ujung kepala<br /><br />bosen juga gw disepongin, gw angkat badannya dan dy langsung ngambil posisi duduk diatas paha gw. (lagi-lagi gw cuma pasrah dan biarin dy yang kerja)<br />dipegang kontol gw, dan digesek2in ke memeknya yang uda becek banget. lagi enak2nya dy nikmatin gesekan kontol gw, gw naikin pantat gw tiba2 sampe kontol gw masuk semua ke memeknya. "aaaaaaaaaarrrggghhhhh... pelan2 hiiiimmm" kata dy dengan mata yang berkaca2 nahan sakit<br />emang sih memeknya masih sempit, kontol gw langsung serasa dipijet2 sama memeknya.<br />ga lama kontol gw di dalem memeknya, dy mulai terbiasa dan mulai goyangin badannya naik turun. " aachh... enak kontol kamuuu...."<br />belom tau aja si elin kalo gw punya jurus lidah<br />sambil elin masih goyang naik turun, gw jilatin pentil kanan sambil gw mainin yang kiri. gw pelintir dan gw isep pentilnya sampe dy teriak "geli hiiimm..!!!" "aaccchhhhhhh elin nyampeeee...!!!!"<br />setelah dy ngomong gitu, kontol gw serasa dipencet sama memeknya dan kepala kontol gw serasa dicipratin air. enak banget kontol gw dipress sama memeknya<br />badan elin pun roboh ke badan gw, gw kasi elin napas bentar.<br /><br />begitu gw rasa napasnya uda teratur, gw posisiin dy ke doggy style. muka elin ngeliat ke belakang sambil tangannya yang ngelebarin memeknya mempersilakan adek gw masuk langsung gw masukin kontol gw sampe mentok, untung aja memeknya masi becek dan pantatnya elin yang ga terlalu besar. jadi kontol gw bisa masuk sampe dalem banget.<br />waktu kontol gw menotk, mulut elin kebuka lebar nikmatin kontol gw. mukanya meringis sakit +enak. "ouugghh...panjang banget yang kontol kamuu.. entot aku lagi yang....."<br />dikasi komando, langsung gw tancap aja dengan rpm tinggi. gw goyang sambil gw pegangin pantatnya yang kecil tapi padet. elin ga kalah seksinya pasang gaya, sambil nungging, dy mainin klitnya. ""uugggghhhh enak him..teruss..aachhhh.."<br />waaah desahnya oke banget, makin napsu gw make dy. ga tahan desahannya napsuin banget. gw genjot terus memeknya sambil gw cium leher belakangnya dan tangan gw yang ngeremes toketnya. elin cuma bisa geleng2 keenakan "aacchhh enak bangeeett..kocok terus memekku hiim...mmhhh aku suka banget......"<br /><br />karena gw rasa gw uda mau keluar, gw buru2 ganti gaya ke gaya MOT.<br />gw lepas kontol gw dan gw balik badannya dy. mungkin si elin lagi tinggi banget ya, dy langsung ngangkang dan narik kontol gw buat langsung masuk memeknya "cepet entot lagi sayang..aku suka banget sama kontol kamuu"<br />gw goyang lagi kontol gw maju mundur sambil kita ciuman dengan liar.<br />ga lama gw ngrasa kalo gw uda mau keluar dan uda susah ditahan. begitu gw mau narik kontol gw, elin ngelingkerin kakinya di pantat gw buat nahan kontol gw tetep di memeknya. "keluarin di dalem aja yang, biar kamunya enak"<br />wow! okelah kalo begitu<br /><br />gw goyang lagi kontol gw asal-asalan biar cepet keluar, dan gak lama, peju gw pun keluar nyembur ke dalam memeknya elin. crot! "mmmmhhh aku keluar liin...aaahhh"<br />"keluarin di dalem sayangg..."teriak elin<br />wow nice! lemes banget gw abis ngecrot.<br />gw lepas kontol gw dan gw tiduran di sampingnya. sumpah capek banget. gara2 mainnya sambil giting kali ya? jadi berasa double capeknya.<br />kita berdua pun tanpa banyak omong langsung ketiduran sambil pelukan bugil.<br /><br />gw kebangun sekitar jam 2 malem. ngliat sebelah gw ada korban baru gw yang tidur tanpa baju<br />karena gw harus balik, gw beres deh mau pulang. gw selimutin badan elin, dan gw bangunin.<br />"lin, sori gw cabut ya.. gw ga bisa nginep" bisik gw<br />"yauda ati2, besok kabarin lagi ya?"<br />"oke sayang"<br />abis nyium bibir dy, langsung deh gw cabut ke rumah.<br /><br />Demikianlah Cerita seks ku dengan SPG cantik yang pasti keinginanku untuk ngeseks dengan spg akhirnya kesampaian juga.jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-47999013253978632172011-02-04T17:39:00.000-08:002011-02-04T17:40:58.574-08:00Aku dan Tante Merry<a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">Cerita Seks Terlengkap</a> - Sejak kecil aku tinggal bersama nenekku, dan bersama nenekku tinggal om-om dan tante-tanteku (anak-anak dari nenekku). Omku yang ketiga menikah dengan seorang wanita yang bernama Merry yang kupanggil dengan sebutan Tante Merry. Tante Merry orangnya cantik, wajah dan tubuhnya cukup sexy dan orangnya mudah bergaul, terutama denganku.<br /><br />Oh ya, namaku adalah Dharma, masih sekolah di SMA waktu itu. Semula omku tersebut tinggal bersama kami, dan aku yang saat itu sedang menikmati masa remaja kira-kira umur 16 tahun sering melihat Tante Merry sedang bercumbu dengan suaminya, dan kadang-kadang di depanku Tante Merry mengusap penis omku, sebut saja Om Chandra. Batang kemaluanku yang saat itu sedang remaja-remajanya langsung menjadi tegang, dan setelah itu aku melakukan onani membayangkan sedang bersetubuh dengan Tante Merry.<br /><br />Setelah mereka menikah 1 tahun, akhirnya mereka pindah dari tempat nenek kami dan membeli rumah sendiri yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah nenek kami. Kalau Tante Merry hendak pergi, biasanya dia memanggilku untuk menjaga rumahnya, takut ada maling. Suatu hari aku dipanggil oleh Tante Merry untuk menjaga rumahnya.<br /><br />Ketika aku datang, dia sedang ada di kamar dan memanggilku, “Dharma, masuk ke kamar..!” teriaknya.<br />“Ya Tante..” jawabku.<br />Ternyata di dalam kamar, tante sedang memakai BH dan celana dalam saja, aku disuruh mengaitkan tali BH-nya. Dengan tangan gemetaran aku mengaitkan BH-nya. Rupanya Tante Merry tahu aku gemetaran.<br />Dia bertanya, “Kenapa Dharma gemetaran..?”<br />“Enggak Tante,” jawabku.<br />Tapi tante cepat tanggap, dipeluknya tubuhku dan diciumnya bibirku sambil berkata, “Dharma, Tante ada perlu mau pergi dulu, ini Tante kasih pendahuluan dulu, nanti kalau Tante pulang, Tante akan berikan yang lebih nikmat.”<br />“Ya Tante.” jawabku.<br /><br />Kepalaku terasa pusing, baru pertama kali aku menyentuh bibir seorang wanita, apalagi wanita cantik seperti Tante Merry. Lalu aku ke kamar mandi melakukan onani sambil membayangkan tubuh Tante Merry.<br /><br />Kira-kita jam 3 sore, tante pulang dan aku menyambutnya dengan penuh harap. Tante Merry langsung masuk kamar, sedangkan aku menunggu di ruang tamu, kira-kira 10 menit kemudian, dia memanggil pembantunya untuk disuruh ke supermarket untuk membeli sesuatu, jadi tinggallah di rumah aku dan Tante Merry saja.<br /><br />Setelah pembantunya pergi, Tante Merry menutup pintu dan menggandengku untuk masuk ke kamarnya.<br />Lalu Tante Merry berkata, “Dharma, seperti yang kujanjikan, aku akan meneruskan pendahuluan tadi.”<br />Aku diam saja, gemetar menahan nafsu.<br />Tiba-tiba Tante Merry mencium bibirku, dan berkata, “Balaslah Dharma, hisap bibirku..!”<br />Aku menghisapnya, dan terasa bibirnya sangat enak dan bau tubuhnya wangi, karena dia memakai parfum Avon yang merangsang, aku menjadi salah tingkah.<br /><br />Tiba-tiba dia memegang batang kemaluanku, aku sangat kaget.<br />“Wah punyamu sudah tegang dan besar Dharma,” sahut Tante Merry.<br />Lalu Tante Merry berkata lagi, “Apakah kamu pernah berhubungan sex dengan wanita?”<br />Aku menjawab sambil gemetar, “Jangankan berhubungan sex, mencium wanita saja baru kali ini.”<br />Tante Merry tersenyum dan berkata, “Hari ini Tante akan ajarkan cara berhubungan sex dengan seorang wanita.”<br />Lalu Tante Merry membuka bajunya sehingga telanjang bulat, lalu dipegangnya tanganku dan dibawanya ke buah dadanya yang cukup besar.<br /><br />Sambil gemetaran aku memegang buah dadanya dan memegang putingnya.<br />Tante Merry mendesis merasakan kenikmatan usapanku dan berkata, “Terus Dharma.., terus..!”<br />Lalu dengan memberanikan diri aku mencium putingnya, dan Tante Merry bertambah mendesis. Dibukanya celana pendekku dan CD-ku, sehingga aku juga menjadi telanjang bulat sepertinya. Penisku dielus-elusnya sambil berkata, “Dharma, punyamu besar amat, lebih besar dari punya Om Chandra.”<br /><br />Setelah puas menghisap puting buah dada tante, aku mencium pusarnya, dan akhirnya sampai di vaginanya.<br />“Ayo Dharma, cepat hisap punyaku..!”<br />Aku memberanikan diri mencium kemaluannya dan menjilat-jilat dalamnya, sedangkan tante tambah mendesis.<br />Tante berkata, “Sabar Dharma, Tante kepingin mencium punya Dharma dulu.”<br />Lalu dia membaringkanku di tempat tidur dan mulai mencium biji kemaluanku dan menghisap penisku perlahan-lahan. Serasa dunia ini melayang, alangkah nikmatnya, baru pertama kali batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita cantik, apalagi oleh Tante Merry yang sangat cantik.<br /><br />Penisku semakin membesar, dan rasanya seperti mau kencing, tetapi rasanya sangat nikmat, ada yang mau keluar dari kemaluanku.<br />Aku menjerit, “Tante, Tante.., lepas dulu, aku mau kencing dulu.”<br />Tetapi rupanya tante sudah tahu apa yang mau keluar dari kemaluanku, malah dia semakin kuat menghisap penisku. Akhirnya meletuslah dan keluarlah air maniku, dengan mesranya Tante Merry menghisap air maniku dan menjilat-jilat penisku sampai bersih air maniku.<br /><br />Batang kemaluanku terkulai lemah, tetapi nafsuku masih terasa di kepalaku.<br />Lalu tante berkata, “Tenang Dharma, ini baru tahap awal, istirahat dahulu.”<br />Aku diberi minum coca-cola, setelah itu kami berciuman kembali sambil tiduran. Tanpa kusadari kemaluanku sudah membesar lagi dan kembali aku menghisap buah dadanya.<br />“Tante.., aku sayang Tante.”<br />Lalu tante berkata, “Ya Dharma, Tante juga sayang Dharma.”<br />Lalu aku menjilat vagina tante sampai ke dalam-dalamnya dan tante menjerit kemanjaan.<br />“Ayo Dharma.., kita mulai pelajaran sex-nya..!”<br />Penisku yang sudah tegang dimasukkan ke dalam liang kemaluan Tante Merry yang sudah licin karena air vaginanya.<br /><br />Perlahan-lahan batang kemaluanku amblas ke dalam lubang kemaluan tante, dan tante mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Aduh terasa nikmatnya, dan kembali kami berciuman dengan mesranya.<br />Lalu aku berkata kepada Tante Merry, “Tante.., kalau tahu begini nikmatnya kenapa enggak dulu-dulu Tante ajak Dharma bersetubuh dengan Tante..?”<br />Tante hanya tersenyum manis. Terasa penisku semakin mengembang di dalam vagina Tante Merry, tante semakin mendesis.<br />Tante mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, “Dharma.., Tante kepengen keluar nih..!”<br />Kujawab, “Keluarin saja Tante, biar Tante merasa nikmat..!”<br /><br />Tidak lama kemudian tante menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan air kemaluannya, penisku masih tegang rasanya.<br />Dengan lembut aku mencium tante dan berkata, “Tante sabar ya, Dharma masih enak nih..,”<br />Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batangku ke liang tante, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku di dalam vagina Tante Merry bersamaan dengan keluarnya cairan tante untuk kedua kalinya. Terasa tubuh ini menjadi lemas, kami tetap berpelukan dan berciuman. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama saling menyabuni tubuh kami masing-masing, dan kami berjani untuk melakukannya lagi dilain waktu.<br /><br />Setelah peristiwa itu, setiap malam aku selalu terkenang akan vagina Tante Merry, sehingga rasanya aku ingin tidur bersama Tante Merry, tetapi bagaimana dengan Om Chandra. Rupanya nasib baik masih menemaniku, tiba-tiba saja Om Chandra dipindahkan tugasnya ke Bandung, dan untuk sementara Tante Merry tidak dapat ikut karena Om Chandra tidurnya di mess. Sambil mencari kontrakan rumah, Tante Merry tinggal di Jakarta, tetapi setiap Sabtu malam Om Chandra pulang ke Jakarta.<br /><br />Atas permintaan Tante Merry, setiap malam aku menemaninya, aku harus sudah ada di rumah Tante Merry jam 8 malam. Untuk tidur malam, aku disiapkan sebuah kamar kosong, tapi untuk kamuflase saja, sebab setelah pembantunya tidur aku pindah ke kamar Tante Merry. Tentunya Tante Merry sudah siap menyambutku dengan pelukan mesranya, dan kami bercumbu sepanjang malam dengan nikmatnya dan mesranya. Kalau waktu pertama kali aku hanya menghisap kemaluannya, sekarang kami sudah saling menghisap atau gaya 69. Lubang kemaluan Tante Merry sudah puas kuciumi, bahkan sekarang bukan saja lubang vagina, tetapi juga lubang anus, rasanya nikmat menghisapi lubang-lubang tante. Penisku juga dihisap tante dengan ketatnya dan terasa ngilu ketika lubang kencingku dihisap Tante Merry, tapi nikmat.<br /><br />Setelah kami saling menghisap, akhirnya barulah kami saling memasukkan kemaluan kami, dan kali ini tante berada di atasku. Batang kemaluanku yang sudah tegang dan berdiri tegak dimasukkan ke kemaluan tante, aduh nikmatnya. Lalu aku menghisap buah dada tante sambil menggoyang-goyangkan pantatku. Kira-kira sepuluh menit, tante mengeluarkan air maninya sambil menjerit nikmat, namun aku belum mengeluarkan air maniku. Lalu aku bertukar posisi, sekarang tante di bawah, aku yang di atas. Karena tante sudah keluar, terasa mudah memasukkan kemaluanku ke dalam vagina tante, dan kembali kami berpacu dalam nafsu.<br /><br />Sambil mencium bibir Tante Merry, aku berkata, “Tante… Tante.., kenapa sih lubang Tante enak banget, punyaku terasa dijepit-jepit lubang Tante yang lembut.”<br />Sambil tersenyum tante menjawab, “Dharma.., batang kamu juga enak, kalau dengan Om Chandra Tante hanya bisa orgasme sekali, tetapi dengan kamu bisa berkali-kali.”<br />Kembali aku menekan batang penisku erat-erat ke liang kemaluan tante sambil mengoyang-goyangkan pantatku, dan akhirnya aku menjerit, “Tante.., Tante.., aku keluar..!”<br />Alangkah nikmat rasanya.<br /><br />Perlahan-lahan aku mengeluarkan batang kemaluanku dari liang senggama tante. Setelah itu kembali kami berciuman dan tidur sambil berpelukan sampai pagi. Ketika bagun pagi-pagi aku kaget, karena aku tahu di sampingku ada Tante Merry yang tidak memakai apa-apa, nafsuku timbul kembali. Kubangunkan Tante Merry dan kembali kami bersetubuh dengan nikmatnya, dan akhirnya kami mandi bersama-sama.<br /><br />Selama hampir 1 bulan lamanya kami seperti sepasang suami istri yang sedang berbulan madu, kecuali hari Sabtu dan Minggu dimana Om Chandra pulang. Pengalaman ini tidak akan terlupakan seumur hidupku, walaupun sekarang aku sudah beristri dan mempunyai 2 orang anak. Kadang-kadang Tante Merry masih mengajak aku bersetubuh di hotel. Tetapi sejak aku beristri, perhatianku kepadanya agak berkurang, lagipula usia Tante Merry sudah bertambah tua.<br /><br />TAMATjojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-50291094995009211082011-02-04T17:28:00.000-08:002011-02-04T17:32:04.504-08:00Seks Dengan tante Susan<a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">Cerita Seks</a> - Namaku Ryan kini mahasiswa tingkat akhir sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Kejadian ini merupakan peristiwa beberapa tahun yang lalu. Waktu itu aku berusia 18 tahun. Masih tergolong ABG. Suka hidup bebas. Do what I want! Hidup cuma sekali, buat apa bersedih. Itulah sebabnya, aku suka keluyuran dari kota ke kota sekadar cari pengalaman.<br /><br />Setelah Ujian Akhir Semester (UAS), saya langsung pergi ke kota Bandung untuk berlibur. Sebelumnya aku memang belum pernah menginjakkan kaki di Kota Kembang tersebut. Aku juga ingin merasakan indahnya Kota Kembang. Itulah sebabnya aku nekat pergi ke Bandung sendirian. Yang penting membawa uang banyak. Meskipun begitu, soal uang aku tidak terlalu foya-foya. Bahkan selalu berusaha untuk berhemat. Tapi kalau untuk urusan cewek, mungkin lain urusannya.<br /><br />Aku menginap di hotel murah, Hotel Melati III, di Sekitar Alun-alun kota Bandung. Murah tapi bersih. Meskipun demikian kalau malam cukup berisik. Aku sudah telusuri tempat-tempat gituan, antara lain di Saritem dan Stasiun. Tapi WTS-nya tidak ada yang menarik perhatianku. Lalu, aku pergi makan di Mc Donal BIP. Eh, saat sedang asyik-asyiknya makan, tiba-tiba pandanganku bertatapan dengan seorang wanita setengah baya. Setelah kuperhatikan, ya ampun ternyata Tante Susan. Mungkin sudah sepuluh tahun aku tidak pernah ketemu. Waktu itu aku masih kecil.<br />“Apa kabar, Tante!”, sapaku sambil mendekat.<br />Akhirnya aku makan semeja dengan Tante Susan yang kebetulan juga sedang sendiri. Tante Susan hampir lupa melihatku.<br />“Maklum,kamu sekarang sudah besar”, kata Tante Susan.<br />Begitu tante tahu aku menginap di hotel, langsung saja ditawari menginap di rumahnya. Katanya di rumahnya tidak ada orang, kedua anaknya sedang studi di Perancis dan Jerman.<br /><br />Yah, kupikir-pikir aku bisa menghemat uang. Aku tentu saja menyetujui ajakannya. Hari itu juga aku langsung pindah ke rumah Tante Susan. Aku diberi sebuah kamar depan. Cukup bersih dan mewah. Rumahnya di kawasan Dago Atas. Sebenarnya Tante tinggal bersama Om, tetapi Om sedang berada di negeri Paman Sam untuk mengambil gelar Doctor di Universitas Harvard. Maklum Om-ku dosen salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung dan Jakarta. Malam itu aku tidur sangat lelap sekali. Maklum capek!<br /><br />Hari kedua aku baru tahu, ternyata paviliun sebelah digunakan untuk terima kost, dua orang mahasiswa, yang satu mahasiswa fakultas teknik namanya Mas Ary sedangkan yang satunya mahasiswa fakultas ekonomi, namanya Mas Yudi. Kata tante, lumayan buat tambah-tambah uang belanja. Tante ternyata juga pembantu wanita, Teh (Teh atau Teteh bahasa Sunda untuk Mbak) Mimin namanya. Wah, ya cukup banyak orang.<br /><br />Siang harinya tidak ada kejadian yang menarik. Sepulang dari Maribaya dan Tangkuban Parahu terus tidur sampai sore. Setelah makan malam terus ke kamar tidur nonton TV sambil tidur-tiduran. Tidak terasa, jam di dinding telah menunjukkan pukul 24.00. Akhirnya TV kumatikan. Lampu kamar yang terang benderang kumatikan dan kuganti lampu tidur lima watt warna biru. Sepi sekali suasananya.<br /><br />Namun,di tengah suasana yang sepi itu, kok aku rasa-rasanya mendengar ada orang bicara bisik-bisik? Mungkinkah pencuri? Karena penasaran, aku bangun pelan-pelan. Aku mengintip keluar melalui jendela, ternyata tidak ada siapa-siapa.<br />Ah, kok sepertinya dari kamar tante. Akupun mengambil kursi dan kuletakkan di dekat tembok. Di atas tembok ada lubang angin-angin kecil sekali, itupun tertutup karton. Karena penasaran, aku mengambil jarum dan membuat lubang kecil di karton itu. Setelah lubangnya lumayan, aku coba mengintip.<br /><br />“Wow…, malam-malam begini mau ngapain tuh Mas Ary, si anak kost?”, pikirku sambil memperhatikan. Tante dan Mas Ary tampak duduk berdua di tempat tidur. Walaupun kamar Tante Susan memakai lampu lima watt, namun mataku masih sanggup melihat dengan jelas.<br />Uh, mau ngapain Mas Ary?, Kulihat sebentar-sebentar mencium pipi Tante Susan, kulihat Tante Susan tersenyum. Dan kemudian dengan tenangnya Mas Ary mulai membuka baju Tante Susan dan tinggal mengenakan BH.<br /><br />Kuakui, tanteku memang masih tergolong muda, belum berusia 40 tahun. Tubuhnya montok, kulitnya putih, wajahnya mirip Dessy Ratnasari. Rambutnya pendek model Lady Diana, tubuhnya langsing. Tak lama kemudian Mas Ary melepas BH tanteku.<br />Duh…, ternyata montok sekali. Diam-diam aku mulai terangsang. Burungku mulai membesar. Aku tetap berdiri ddengan tenang di atas kursi.<br /><br />Berikutnya kulihat Tante Susan ganti melepaskan baju Mas Ary. Satu persatu kancing bajunya dilepas, akhirnya bajunya dilempar ke lantai. Boleh juga tubuh Mas Ary, tegap dan atletis. Wow…, mereka kemudian saling cium bibir. Saling mengelus punggung. Sebentar-sebentar tangan Mas Ary meremas-remas payudara Tante Susan. Beberapa menit kemudian kulihat Mas Ary membuka ritsluiting rok yang dipakai tanteku, kemudian dilepasnya rok itu sehingga tanteku cuma memakai celana dalam saja. Adegan berikut tanteku ganti membuka kancing celana Mas Ary, dilepasnya satu persatu, kemudian ditariknya sehingga lepas dan tinggal celana dalamnya saja.<br /><br />Lagi-lagi keduanya berpelukan lagi dan berciuman mesra sekali. Kemudian Mas Ary mencium leher Tanteku, lalu payudaranya, lalu perutnya, lalu pahanya. Dan kemudian tangannya memelorotkan celana dalam Tanteku. Lepas!, Kemudian diletakkan di kursi. Tahap berikutnya Mas Ary membuka sendiri celana dalamnya. Kulihat penis Mas Ary besar dan panjang seperti punyanya orang Arab. Jantungku berdetak keras sekali. Bahkan penisku ikut-ikutan menjadi keras. Apalagi melihat keduanya kemudian sama-sama dalam posisi berdiri, saling berpelukan, lagi-lagi saling berciuman.<br /><br />Sekitar tiga menit kemudian dengan posisi berdiri, Mas Ary memasukkan ujung penisnya ke lubang kemaluan tanteku. Sesudah itu mereka berpelukan rapat sekali sambil menggoyang-goyang pinggul masing-masing. Cukup lama. Akhirnya kulihat mereka berdua sudah saling orgasme. Hal ini terlihat karena mereka membuat gerakan yang cukup agresif sekali. Walaupun samar-samar, kudengar suara uh.., uh.., uh.., dari mulut Tante Susan. Sialnya, tak terasa akupun mengalami orgasme, celana dalamku menjadi basah, apa boleh buat.<br /><br />Adegan berikutnya dilakukan seperti biasa, yaitu tante berada di tempat tidur dengan posisi di bawah dan Mas Ary di atas. Apa yang kulihat memang benar-benar mengasyikkan. Maklum, baru sekali itu aku melihat dengan mata kepala sendiri adegan seks yang dilakukan orang lain.<br /><br />Esok harinya aku bersikap biasa-biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Kulihat Tante juga bersikap biasa-biasa saja. Makan pagi bersama. Sesudah itu aku pergi ke Pangalengan sekedar rekreasi.<br /><br />Sore harinya aku sudah sampai di rumah lagi. Seperti kemarin, sore-sore pembantu tante menyediakan teh manis dan roti. Kulihat, pembantu Tante Susan yang namanya Teh Mimin ini tergolong seksi juga. Umurnya kira-kira sama dengan umurku, yaitu sekitar 19 tahun. Terus terang, nafsuku jadi bangkit melihat buah dadanya yang montok itu. Kata tanteku Teh Mimin sudah punya anak, tapi ditinggal di desanya, dirawat neneknya. Tiap hari Kamis pasti pulang ke kampung untuk menengok anaknya.<br /><br />Malamnya aku tidak bisa tidur. Sebentar-sebentar aku mengintip kamar tanteku. Namun hingga pukul 24.00 ternyata tidak ada kejadian apa-apa. Akhirnya aku tidur pulas.<br /><br />Sekitar pukul 10:15 aku menuju ke terminal Ledeng. Aku kepingin melihat obyek pariwisata Ciater. Eh…, ternyata aku ketemu Teh Mimin.<br />“Mau kemana Teh”, tanyaku.<br />“Ke Subang…, nengok anak Mas..”.<br />“Wah, sama-sama aja, deh..”, ajakku.<br />Ternyata ya lancar-lancar saja. Aku duduk berdua dengan Teh Mimin. Akhirnya aku mencari-cari alasan untuk ditemani di Ciater, soalnya aku belum hafal kota Bandung. Karena hari masih siang, akhirnya mau juga Teh Mimin menemani aku. Walaupun gadis desa, tapi Teh Mimin sempat mengecap bangku SLTP hingga lulus. Cara berpakaiannya pun tergolong rapi seperti pelajar-pelajar pada umumnya.<br /><br />Sampai di Ciater aku menyewa salah satu bungalow dengan alasan ingin istirahat. Kebetulan rumah Teh Mimin tidak begitu jauh dari bungalow tempatku istirahat. Aku cari-cari alasan lagi. Aku bilang, di Ciater tidak ada yang jualan nasi goreng, kalau tidak keberatan aku minta Teh Mimin nanti malam mengantarkan nasi goreng. Ternyata Teh Mimin tak keberatan. Ya begitulah, tanpa rasa curiga sedikitpun, sekitar pukul 19.00 Teh Mimin telah berada di bungalowku mengantarkan nasi goreng. Kuajak ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja.<br /><br />Akhirnya obrolanku agak nyenggol-nyenggol dikit tentang seks. Teh Mimin bilang sudah lama tidak melakukannya karena suaminya sudah tiga bulan ini impoten akibat kecelakaan sepeda motor. “Nah…, ini dia yang kucari”, pikirku.<br />Sengaja memang aku ngobrol terus sehingga tanpa terasa telah pukul 21.30. Ketika Teh Mimin pamit pulang, akupun bilang, lebih baik jangan pulang karena malam-malam begini banyak orang iseng atau orang jahat.<br />“Tidur aja di sini Teh, kan ada dua kamar. Teh Mimin di kamar sebelah, saya di sini”, kataku.<br />Setelah kubujuk habis-habisan akhirnya Teh Mimin mau juga tinggal di kamar sebelah.<br /><br />Kira-kira pukul 24.00 aku mengendap-endap berjalan pelan menuju ke kamar Teh Mimin.<br />“Kok, belum tidur?”, tanyaku pelan sambil menutup pintu.<br />“Dingin Mas udara Ciater”, katanya sambil tetap telentang di tempat tidur sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya.<br />“Aku juga kedinginan”, kataku.<br />Entahlah, sepertinya sudah saling membutuhkan. Ketika aku merebahkan tubuhku di sampingnya, Teh Mimin diam saja. Akupun menarik selimutnya sehingga kami berdua berada di dalam satu selimut. Untuk menghilangkan rasa dingin kupeluk Teh Mimin. Ternyata diam saja. Begitu juga ketika kuraba-raba payudaranya yang montok ternyata juga diam saja.<br /><br />Akhirnya dengan mudah aku bisa melepaskan baju, BH, rok dan celana dalamnya. Hanya dalam waktu beberapa detik saja kami berdua sudah dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Meskipun demikian kami masih di dalam satu selimut. Begitulah, tanpa hambatan, malam itu aku dengan mudah bisa menyetubuhi Teh Mimin hingga dua kali. Tampaknya Teh Mimin mengalami orgasme hingga dua kali.<br />“Terima kasih Mas, Sudah lama aku nggak merasakan yang begini-begini…, Suamiku sudah nggak sanggup lagi”, bisiknya sambil mencium bibirku.<br /><br />Esok pagi subuh, Teh Mimin kembali pulang ke rumahnya. Sedangkan aku kembali ke Bandung agak sorenya. Maklum aku masih ingin menikmati pemandangan sekitar perkebunan teh di Ciater.<br /><br />Sore harinya aku sampai di Bandung dan sikapku biasa-biasa saja terhadap Teh Mimin, seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Lagipula aku juga pesan agar Teh Mimin tidak usah cerita kepada siapa-siapa. nggak enak kalau sampai Tante Susan tahu. Begitulah. Tak terasa malam telah tiba lagi dan waktu tidurpun telah menyongsong.<br /><br />Pukul 24.00, Seperti biasa lampu kamar kumatikan dan kugantikan lampu tidur lima watt. Eh.., lagi-lagi aku mendengar orang bisik-bisik. Pasti di kamar Tante Susan. Akupun dengan pelan-pelan mengambil kursi dan mulai mengintip dari lubang kecil yang kemarin kubuat. Kali itu aku agak terkejut. Ternyata kali itu bukan Mas Ary, tetapi Mas Budi. Wah, Tanteku ternyata tergolong hyperseks. Malam itu seperti kemarin-kemarin juga. Mas Budi kulihat menyetubuhi tanteku dengan berbagai posisi. Bahkan sempat kulihat Tante Susan berada di posisi atas. Gila!, lagi-lagi aku mengalami orgasme sendirian. “Creet…, creet…, cret”, celana dalamku basah lagi. Terpaksa aku harus ganti celana dalam. Dalam hati, diam-diam aku membayangkan betapa nikmatnya jika aku bisa menyetubuhi tanteku sendiri. Memang ini merupakan penyimpangan. Tapi, ya apa salahnya, toh tanteku mau dengan Mas Ary dan Mas Budi. Tapi apa mau dengan aku? Semalaman aku tidak bisa tidur karena mencari strategi supaya aku bisa meniduri Tante Susan.<br /><br />Apa yang pernah dikatakan Teh Mimin di Ciater memang benar. Tiap hari Sabtu Mas Ary dan Mas Budi pulang ke Jakarta. Sehingga hari Sabtu itu cuma ada aku, Teh Mimin dan Tante Susan. Aku pusing setengah mati mencari strategi untuk merayu Tante Susan, namun belum ketemu-ketemu juga jalan keluarnya. Namun,akhirnya aku punya ide.<br /><br />“Tante suka nonton?, Kebetulan hari ini hari ulang tahun Ryan”, kataku di pintu kamarnya Tante Susan. Tante waktu itu sedang merapikan rambutnya di depan kaca.<br />“Ah…, Tante nggak tahu kalau kamu ulang tahun. Selamat Ya”, ujar Tante sambil menuju ke tempatku. Dijabatnya tanganku, “Happy Birthday, mau traktir Tante, nih..”.<br />“Ya, kalau Tante nggak keberatan”, ujarku penuh harap.<br />Ternyata pancinganku berhasil. Malam itu aku nonton bioskop yang pukul 21.00, soalnya mau nonton yang pukul 19.00 sudah ketinggalan karena jam telah menunjukkan pukul 20.00.<br /><br />Pulang nonton sekitar pukul 23.00 Sampai di rumah, Tante Susan nggak bisa masuk ke kamarnya.<br />“Aduh, tadi aku taruh di mana ya kunci kamarku?”, kata Tante sambil mondar-mandir.<br />“Waduh, nggak tahu Tante. Tadi ditaruh di mana?”, jawabku bohong. Padahal, sebelum berangkat, pada waktu Tante Susan ke kamar mandi sebentar, kunci kamar yang digelatakkan di dekat meja telepon sempat kusembunyikan di bawah kursi.<br />Akupun pura-pura membantunya mencari. Sekitar setengah jam nggak ketemu, akhirnya aku bilang, “Tidur aja di kamar Ryan, Tante. Biar Ryan tidur di kursi tamu saja..”.<br />Mungkin karena sudah capek, akhirnya Tante Susan tidak punya pilihan lain, akhirnya tidur di kamarku dan aku tidur di kursi tamu. Namun sekitar setengah jam,aku masuk ke kamar.<br /><br />“Di luar dingin Tante, boleh tidur di sini saja? Nggak apa-apa khan?”, tanyaku.<br />“Oo, silakan..”, jawab Tante.<br />Akupun merebahkan tubuhku di samping tubuh Tante Susan. Jantungku berdetak keras, otakku terus mencari strategi berikut .Gimana nih cara memulainya? Susah juga!<br />“Aduh, Tante kalau tidur kok membelakangi saya”, kataku pelan.<br />“Oh ya, maaf.Kebiasaan sih..”, Tanteku membalikkan badannya, miring menghadap ke arahku.<br />Seolah-olah tidak sengaja, tanganku menyenggol payudara Tante.<br />“Maaf Tante, nggak sengaja..”.<br />“Ah.., nggak apa-apa”.<br />“Maaf Tante, payudara Tante indah sekali”, pancingku.<br />Kulihat Tanteku membuka matanya dan tersenyum.<br />“Boleh saya memegangnya Tante?”, bisikku, “Soalnya seumur hidup saya belum pernah melihat payudara seindah ini”, rayuku.<br />“Ah, boleh-boleh saja..”.<br /><br />Akupun dengan tangan gemetaran memegang payudara tanteku.<br />“Aduh, tangan saya gemetaran Tante. Maklum, belum pernah”, pancingku lagi. Makin lama aku makin berani. Tanganku menyusup ke BH-nya.<br />“Boleh saya buka BH-nya Tante?”, tanyaku penuh harap setengah berbisik.<br />Tak ada jawaban. Akupun memberanikan diri melepas kancing baju Tanteku satu persatu dan akhirnya aku berhasil melepas BH Tanteku dengan mudah. Tampaklah payudara yang montok padat berisi. Akupun meremas-remasnya. Lama kelamaan, tampaknya tanteku mulai terangsang, nafasnya panjang-panjang. Diciumnya keningku, pipiku lantas bibirku. Kulihat Tante mulai membuka kancing bajuku satu persatu dan akhirnya aku tanpa baju.<br /><br />“Tante, saya belum pernah..”, bisikku pelan. Tentu saja aku berbohong.<br />“Nggak apa-apa, nanti Tante ajarin..”.<br />Begitulah, beberapa menit kemudian Tanteku melepas celanaku dan akhirnya celana dalamku. Begitu juga, Tante melepas sendiri rok dan celana dalamnya. Kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat.<br />“Tante, aku belum bisa..”, aku berbohong lagi.<br />“Nanti Tante ajarin..”, bisiknya.<br />Begitulah, akhirnya keinginanku untuk menggeluti Tante Susan telah berhasil. Malam itu aku bermain hingga mengalami orgasme dua kali. Demikian juga, Tante Susan juga dua kali mengalami orgasme.<br />“Ah, Ryan!, Kamu telah membohongi Tante! Ternyata kamu jagoan! Tante puas..!”, bisik Tanteku sambil menuju ke kamar mandi. Malam itu aku dan Tante tidur berdua telanjang bulat di bawah satu selimut sampai pagi hari.<br /><br />Hari Minggu ini sepi. Mas Ary dan Mas Budi belum pulang. Kata tante, mereka berdua biasanya pulang ke tempat kost hari Senin pagi. Yang ada cuma Teh Mimin, sementara itu tiap Minggu pagi Tante mengikuti senam aerobik dan disambung arisan RT/RW. Katanya, Tante akan pulang agak sore. Ya, daripada nggak ada acara, akhirnya aku menuju ke dapur. Kulihat Teh Mimin sedang mempersiapkan makan siang. Kulihat Teh Mimin tersenyum penuh arti. Tanpa basa-basi, kupeluk Teh Mimin dan kutarik ke kamarnya. Begitulah, tanpa halangan yang berarti, aku dan Teh Mimin hari itu bersuka cita menikmati hari Minggu yang sepi. Di kamar Teh Mimin yang ukurannya kecil itu, di tempat tidur tanpa kasur, untuk yang kedua kalinya aku menggeluti Teh Mimin. Lagi-lagi Teh Mimin mengucapkan terima kasih karena aku telah berkali-kali memberikan kepuasan batin yang selama beberapa bulan ini tidak pernah dilakukan suaminya.<br /><br />Malam harinya, Tante Susan mendatangi kamarku dan mengajak begituan lagi. Ya, kapan lagi. Tanteku tergolong masih muda, cantik, seksi. Kami berdua benar-benar memperoleh kepuasan lahir dan batin.<br /><br />SELESAIjojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-63211816800028671642010-02-14T06:56:00.001-08:002010-02-14T07:01:48.764-08:00Mbak Lina Yang Seksi<span style="font-weight: bold;">Cerita seks terlengkap</span> - Dear bro n sist DSer mupengers yang ada di forum tercinta ini, sebelumnya aku mau memperkenalkan diri. Sebut aja nama aku doni usia 28 Tinggi 170 cm dan berat badan kurang lebih 68 Kg (nimbangnya jarang-jarang soalnya hehehehe….)<br />Kisah ini adalah kisah nyataku berdasarkan chat by YM, ketika itu gak sengaja ada buzz dari seorang teman lama yang kayaknya bisa dibilang dia jarang-jarang online, ngajak ngobrol dari mulai tanya-tanya status, bisnis sampe ke hal yang DSer suka, yaitu seputar anatomi tubuh masing-masing. Tapi prinsip aku, dalam setiap hubungan harus safety dan saling menguntungkan. Sebut aja nama wanita cantik itu Lina, usia kurang lebih 40an lebih lah, katanya… tapi menurut aku dibilang usia 35 pun orang masih percaya deh… tinggi nya sekitar 160 cm dan berat badan yang proporsional membuat aku semakin penasaran pengen ketemu. Perlu beberapa hari kita chatting dan ngobrol sampai akhirnya dia bersedia ketemuan disalah satu café di bilangan Mampang-Kemang.<br />Tepat jam 16.00 pas cek out dari kantor aku langsung menuju café yang telah kita sepakati, yah… macet-macet dikit daerah mampang-kemang mah biasa atuh… hehehehe… nah singkat cerita, mba Lina dah datang duluan, hihihihihi… malu deh aku telat… akhirnya beneran, apa yang aku bayangin tuh gak salah. Pas Mba Lina nyapa, “doni yah?” Langsung aku jawab… “iya mba, aku doni”… oh gila… tau gak bro n sist apa yang aku bayangin? Wah… cihuy deh… tinggi sekitar 160an berat mungkin dibawah 50 kiloan, payudara kalo aku perkirain sih seukuran 36 B an, kulit putih, wajah campuran cina, sunda sama belanda.. wow, lo bayangin dah tuh betapa sexy nya dia… di café itu kita ngobrol-ngobrol, bisnis yang dia jalankan dan apa yang aku kerjakan… karena baru pertemuan pertama akhirnya kita buat janji untuk ketemu yang berikutnya… hehehe.. tapi sempet jalan sebentar hujan-hujanan juga sambil pegang-pegangan tangan, kebetulan ada hal yang diacari dan aku temenin…mobil dan supirnya ditinggal di halaman parkir….. wuihhhh.. halus tangannya bro.. mr. P aku sampe berdiri…<br />Beberapa hari kemudian kita chat lagi, aku ngajak mba Lina ketemuan lagi… kali ini tempatnya agak lebih private, yaitu di kamar hotel.. dikawasan kuningan, dan mba Lina meng iya kan.. whaaaaa… gayung bersambut nih, singkat cerita aku cek in duluan, masuk kamar hotel, dan mulai melamun….datang nggak ..datang nggak dia<br />Gak berapa lama, ya lumayan lama juga sih “ting tong” bell depan kamar yang aku sewa pun berbunyi, aku intip… wow, mba Lina dateng, tanpa ragu-ragu langsung aku bukain pintu… “ silakan masuk mba…” yang dibales dengan senyum manisnya yang bikin semua jantung cowo deg-degan…<br />Dengan baju sexy putih bercorak dan dada sedikit terbuka, serta rok anggun warna hitam membuat aku dan Mr.P aku gak konsen saat ngobrol dengan dia.. setelah bicara ngalor ngidul dan bicara segala macam.. lalu mba Lina manggil aku..<br />“ayo don, sini…” katanya.<br />“iya mba…” jawab aku sambil duduk disebelahnya, jantung aku berasa mau copot.. mata ini nolehnya ke dada mba Lina aja…. Hehehehe… biasa bos, laki-laki normal kan begitu..<br />Mba Lina bilang, “habis ini trus ngapain?”<br />Tanpa ada komando lagi langsung aja aku lumat bibirnya yang menurutku sexy itu … ughhhh… mmmuuuaacchh.. aaarrgggjjjhhh…. Tangan ku pun ikut menjelajah bagian belakang mba Lina… pantatnya yang sexy dan padat “ughhhh arrrrggghhh”… sambil bermain lidah kurang lebih 5 sampai 10 menit langsung tanpa disadari tinggal pakaian dalam kita aja yang melekat di tubuh kita..<br />Kubuka bra putih berenda yang dipakai mba Lina… ughhh seksi banget, dua gunung kembar yang menghiasi dadanya… tanpa fikir panjang lidahku langsung menjilati setiap inchi dari tubuh mba Lina… mulai bibir, leher, payudara, putingnya yang coklat pun langsung mengencang… arrrrggghhhh…. Terus.. kujilati sampai perut dan akhirnya berakhir di klirotis nya mba Lina… pelan-pelan kumainkan bagian itu.. setelah puas akhirnya gentian aku yang diserang balik mba Lina, dia menjilati seluruh bagian tubuhku sampai akhirnya posisi 69 lah yang terjadi… aku menjilati Miss V nya dan dia menjilati Mr P ku… tak berapa lama aku menyerah.. arrrrrgggghhhh cairan sperma ku pun meluncur nikmat, mba Lina hebat…<br />Selang 15 menit kita beristirahat akhirnya permainan dimulai lagi, kumasukkan penisku ke dalam vagina mba Lina… desahan kenikmatan dari mulutnya pun keluar…<br />“ugh.. ach.. aghhhh.. ughhhh… “gesek don gesek…” ughhh… arrrggghhh… uughhh plof.. ploff.. plof… bunyi hentakan penis ku ke vagina nya.. “cepet don mba mau dapet…” dan gak berapa lama… arrrrrgggggghhhhh…. Lenguhan mba Lina disertai menggelinjang tubuhnya dalam dekapan ku dan penisku terasa ada yang memompa, snut.. snut.. snut… aghhh…. Mba Lina menerima klimaksnya..<br />Setelah kita istirahat 5 menit, mba Lina langsung mengemut-emut penis ku lagi… terus aaaggghhh nikmat banget, sampe berasa kelangit ke tujuh… lalu berganti mba Lina diatas ku sambil berbisik, “kalau mau keluar bilang ya don…” aku yang udah enak cuma bisa mengangguk….lanjut <a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">cerita seks</a><br />Selang 10 menit ada rasa senut-senut di ujung penisku, tanpa banyak gaya lagi langsung aku bisikkan ke telinga mba Lina.. “mba aku mau keluar…”<br />Dengan sigap mba Lina pun langsung mengulum penisku lagi sampai “aaaaarrrrggghhhhhh”””…… aku mencapai klimaks yang kedua kali… oh god.. rasanya terbang lagi… mba Lina pun langsung menelan habis sperma ku..<br />Akhirnya kita berpelukan sambil bersimbah peluh… “wow, pengalaman yang tak terlupakan bagiku..” apalagi saat <a href="http://pacar-sewaan.com/search/bugil/">bugil</a><br />Karena kami berdua tidak punya banyak waktu, mba Lina pun mandi dan setelah berpakaian lengkap dia bergegas menuju sopir yang menunggunya.. aku pun mandi dan setelah itu cek out dari hotel tersebut…<br />Thanks mba Lina, pengalaman ini gak akan pernah terlupakan<br /><br />TAMATjojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-11672640921311681652010-01-27T21:08:00.000-08:002010-01-27T21:15:09.312-08:00Ibu Dosenku BinalKumpulan <a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">cerita seks</a>- Cerita ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester V di salah satu PTN di Bandung (tepatnya Kampus yang di Sumedang). Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, “Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.<br /><br />Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain di sekitar kampusku, Ibu Yuli namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Yuli bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa hayo? Jangan-jangan ngelamunin yang itu..”<br />“Itu apanya Bu?” tanyaku.<br />Memang dalam kesehari-harianku, Ibu Yuli tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita,<br />“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku”, kataku.<br />“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Yuli.<br /><br />Begitu dekatnya aku sama Ibu Yuli sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Yuli. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.<br />“Eh Ibu Yuli, nggak ngajar Bu?” tanyaku.<br />“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.<br />“Habis sakit Bu”, kataku.<br />“Sakit apa sakit?” goda Ibu Yuli.<br />“Ah.. Ibu Yuli bisa aja”, kataku.<br />“Sudah makan belum?” tanyanya.<br />“Belum Bu”, kataku.<br />“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.<br /><br />Dengan cekatan Ibu Yuli memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Yuli nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.<br />“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.<br />“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.<br />“Oh kalau gitu Ibu Yuli masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.<br />“So pasti dong”, katanya.<br />“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.<br />“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Yuli agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Yuli kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.<br />“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Yuli”, kataku.<br />“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.<br />Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Yuli terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Yuli”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.<br /><br />Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.<br /><br />“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Yuli aja ya!<br />Kubisikkan Ibu Yuli, “Yuli kita ke kamarku aja yuk!”.<br />Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. “Ah.. ssh.. terus Ji”, Ibu Yuli tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, “Aah.. ssh..” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, “Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.<br /><br />Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, “Aah.. uh.. ssh.. Biji kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Yuli juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. “Oh.. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, “Aah.. uh.. ssh.. terus Biji”, Yuli mengerang. “Aku juga enak Yuli”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Yuli terus sayang”, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.<br /><br />Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Biji, aku masih perawan”, katanya. “Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, “Aahk..” teriak Yuli, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Yuli.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Biji”, katanya. “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..” kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. “Aakh..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Biji?” tanyanya. “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.” Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Yuli hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Yuli menjadi pacar gelapku.<br /><br />TAMAT lanjut ke <a href="http://ceritapanas1001.blogspot.com/">cerita panas</a> kami.jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-71211714707419211442010-01-24T10:00:00.000-08:002010-01-24T10:03:31.377-08:00Cerita PemerkosaanCerita pemerkosaan seorang gadis yang digilir 20 pemuda, naas bagi si gadis harus rela digilir, dalam pemerkosaan ini tentu sang gadis tak mendapatkan orgasme, hanya si penggilir lah yang orgasme, dalam beberapa kasus justru sangat unik, karena yang diperkosa sangat menikmati pemerkosaan.<br /><br />Seorang wanita berusia 22 tahun mengaku dirinya diserang kemarin, ketika tim Rugby ini menginap di Hotel Gosforth Marriot, Newcastle dimana akan berlatih. Direktur Klub, Richard Thewlis seperti dilansir Mail Online mengatakan, penyelidikan internal akan dilakukan.<br /><br />Dalam pernyataan di laman resmi klubya, dia mengatakan, “Saya bisa menyebutkan jika enam dari pemain kami saat ini tengah membantu polisi sehubungan dengan sangkaan yang dilaporkan oleh wanita yang tidak disebutkan namanya.”<br /><br />“Klub sepenuhnya akan bekerja sama dengan semua permintaan yang dibuat kepolisian dan sekarang kami menunggu informasi dari mereka,” jelas Thewlis.<br /><br />Juru bicara kepolisian Northumbria mengatakan, “Kepolisian Northumbria bisa mengumumkan seorang wanita berusia 22 tahun membuat laporan setelah mengaku diperkosa enam pemain Rugby, 19 Januari kemarin.”<br /><br />“Enam orang telah ditangkap dan saat ini tengah diperiksa. Penyelidikan masih berlangsung hingga sekarang,” tegas juru bicara tersebut.<br /><br /><a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/2010/01/cerita-pemerkosaan.html">Cerita pemerkosaan</a> ini adalah cerita nyata, lebih tepatnya adalah berita pemerkosaan, dan pemerkosaan ini pun sudah ditangani pihak berwajib.jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-25757024982452337792010-01-12T23:45:00.000-08:002010-01-13T00:13:14.708-08:00Seks Kilat Dengan Teman Kantor<a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">Cerita seks</a>.Namaku Adhit.Aku adalah seorang manajer di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.Walaupun aku sudah lama bekerja tetapi aku masih melajang.Kisah ini diawali saat aku bertemu seorang mahasiswi yang sedang magang di kantorku.Mahasiswi tersebut bernama Erika.Aku tidak begitu tahu kuliah apa yang ia ambil,tetapi ia bekerja sebagai sekretaris di kantorku.<br /><br />Adapun Erika adalah gadis yang sangat manis,berkulit putih layaknya wanita keturunan Chinese,memiliki tubuh langsing bak gitar,rambutnya berwarna hitam kecoklatan dgn panjang sebahu,dan raut wajahnya mirip-mirip Dian Sastrowardoyo.Penampilan Erika sangat menarik perhatian pria2 di kantorku,krn dia berpenampilan layaknya mahasiswi di kampus.Ini menjadi angin segar tersendiri untuk kami para pria di kantor.<br /><br />Suatu hari Erika datang ke ruanganku untuk meminta tanda tanganku.Aku terkejut melihat penampilannya yang sexy sekali.Ia mengenakan kaos hitam lengan pendek yg sangat ketat,rok mini berbahan jeans yg di atas lutut,dan sepasang sandal hak tinggi utk wanita.Aku bisa melihat bentuk payudaranya yg membusung dr balik kaos ketat itu dgn jelas dan juga pahanya yg putih mulus itu bisa kupandangi sepuasku.<br /><br />Erika masuk ke ruanganku dan menyerahkan beberapa dokumen utk kutandatangani.Saat ia berada di dekatku,sepintas tercium harum semerbak dari tubuhnya yang sedikit2 mulai merangsang penisku.Kulihat Erika agak tegang,jadi kupersilakan ia duduk di depan mejaku.Sambil pura2 baca dokumen,aku mulai sedikit2 bicara dengannya,basa basi layaknya atasan dan bawahan,sambil saling berkenalan.”Kamu kok sering bgt pakai baju itu sih??”,tanyaku pada Erika.Erika jadi tersipu malu mendengar pertanyaanku seraya menjawab,”Habisnya kata temen2 aku keliatan cantik kayak model klo aku pakai baju ini.Memangnya kenapa pak??”.”Ngga apa2 kok,saya juga suka ngeliat kamu berpakaian seperti ini,betul2 cantik kayak model.”,ujarku padanya.”Bapak bisa aja ah,”,tukas Erika sambil tersipu malu.<br /><br />Kuberanikan diri bertanya lebih jauh padanya,”Erika,kamu udah punya pacar belum??”.”Sudah,pak.”,jawab Erika.Aku agak kecewa mendengarnya,tp aku terus berusaha memancingya untuk bicara ttg seks.”Beruntung sekali orang yg jadi cowo kamu,dia pasti bahagia sekali bisa berhubungan seks dengan cewe sesexy kamu.”,ujarku sambil bercanda.Erika tiba2 terlihat sedih,ternyata dia belum pernah sekalipun berhubungan seks dgn pacarnya dan hal itu membuatnya malu di hadapan teman2nya di kampus yg sudah pernah berhubungan seks dgn pacar masing2 dan pacar Erika juga orangnya sangat alim shg sulit diajak ngesex.Aku hanya menggangguk saja mendengar penuturannya.Terlihat hasrat Erika utk merasakan nikmat duniawi,tetapi pengetahuannya ttg sex juga masih tergolong dangkal.<br /><br />“Pak,temen2 saya bilang sex itu nikmat.Bener ga sih??”,tanya Erika padaku.Aku sempet terkejut mendengar pertanyaannya,lalu kujawab,”Bener,temen2 kamu itu bener.Sex itu mang nikmat kok,temen2 saya juga bilang begitu.Saya sendiri juga blom pernah nyoba sih”.Erika terlihat makin sedih,menyadari ketidakmampuan dirinya dalam berhubungan seks.Kuhibur ia sejenak,sambil kuajak bercanda dan berkata,”Gimana klo kamu coba ML sama saya skrng disini,nanti saya ajarin teknik2nya deh biar cowo kamu bisa tunduk ama kamu di atas ranjang,bahkan bisa aja cowo kamu yang ketagihan nanti” .<br /><br />Erika terlihat gelisah,”Gimana nanti klo ketauan/diintip orang2 sini,pak??”,tanyanya padaku.”Tenang,kita seks kilat aja,sekitar 10-15 menitan.”,ujarku.Erika pun menerima tawaranku,dan akupun bersorak kegirangan dalam hati.”Kesempatan bagus nih.”,ujarku dalam hati.Kebetulan setiap ruang untuk direktur dan manajer di kantorku ada toilet pribadi yang terpisah dgn toilet umum.Kutuntun Erika masuk ke dalan toilet pribadi dalam ruanganku,dgn maksud agar suara kami tak terdengar ke luar.<br /><br />Aku segera mengunci pintu toilet dari dalam,dan mulai lah <a href="http://cerita.modelperawan.com">cerita dewasa</a> kami.Lalu aku duduk di atas kloset dan kusuruh Erika duduk di atas pangkuanku,dgn posisi payudaranya menghadap wajahku.Sejenak kunikmati harum tubuhnya,sambil menjamah2 kaos ketatnya yg hitam legam itu.Lalu aku menyibakkan rok mininya yg terbuat dr jeans itu,shg terlihatlah paha putih mulus dan cd Erika yang berwarna hitam.krn ini seks kilat,maka aku hanya memelorotkan cd Erika sedikit,lalu kuselipkan penisku pada cd Erika,menuju memeknya yang masih berbulu jarang itu.<br /><br />Tanpa kesulitan,aku berhasil mencapai ‘target’,penisku sudah menancap pd memek Erika.kedua tanganku memegang pinggul Erika dan menggerakkannya ke atas-bawah.nikmat sekali rasanya,dan raut wajah Erika menunjukkan bahwa ia sangat menikmati perhelatan ini,pdhal ini pertama kali untuknya.desahan2 Erika menjadi makin tak terkendali,pertanda dirinya sudah tenggelam dalam nikmat duniawi.sekali2 ia menjambak rambutku dan menekan kepalaku shg wajahku menempel di atas payudaranya,sambil kujilati dan kuhisap payudara yg tertutup kaos ketat itu.kulumat bibir Erika dengan maksud utk meredam suara desahannya.sengaja kulepaskan kedua tanganku dari pinggulnya,dan pinggul Erika sudah bergerak naik turun dgn sendirinya.lama kelamaan pinggul Erika bergerak tak beraturan,seperti ce penyanyi dangdut lagi goyang pinggul.<br /><br />Kuselipkan kedua tanganku ke dalam kaos ketat Erika,melewati bhnya,dan akhirnya memegang payudaranya tanpa dilapisi apapun.sejuk rasanya sewaktu kupegang payudaranya,sepertinya ia kedinginan dari tadi sewaktu kuajak ngobrol.tak lupa tanganku menjamah bagian2 tubuh Erika yg lain seperti pantat,paha,kaki,dll.kuangkat kaki kiri Erika dgn tanganku sekitar 60 drajat,lalu kujilati pahanya yg mulus.kadang aku kembali melumat bibirnya bila ia mulai mendesah tak karuan.penisku sudah becek sekali krn terus berada dlm memek Erika yg basah itu.<br /><br />tak terasa 15 menitpun sudah berlalu.kami belum sempat orgasme,tetapi paling tidak bisa merasakan nikmat duniawi dlm sekejap mata.kusadarkan Erika yang sudah larut dlm nikmat duniawi itu.Erika yg tersadar jd tersipu malu krn sadar dirinya sudah seperti wanita murahan saja.kucoba mancabut penisku yg dijepit memek Erika dr tadi,awalnya sulit krn godaan utk terus lanjut,tetapi akhirnya bisa setelah berhasil melemaskan penisku.Erika buru2 mengencangkan celana dalamnya dan aku merapikan celana panjangku,lalu kubantu mengeringkan kaos ketat Erika yg basah krn ludahku tadi.untung saja ludahku yg menempel pada paha Erika sudah kering.<br /><br />aku pun keluar lebih dulu dr toilet utk mengecek keadaan di luar ruang kantorku.kebetulan banyak karyawan sedang makan siang,jd keadaan relatif aman.”Kapan2 kita lanjutin lagi deh yg tadi,tp di luar kantor.Gimana,seks itu nikmat kan??”,ujarku pada Erika.Erika hanya mengangguk sambil tersenyum malu.Lalu Erika pun segera keluar dr ruanganku dan kembali ke meja kerjanya.sejak kejadian ini,aku dan Erika sering curi2 kesempatan di kantor untuk melakukan seks kilat,mumpung Erika masih magang di kantorku . Demikian cerita <a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/2010/01/seks-kilat-dengan-teman-kantor.html">seks kilat dengan teman kantor</a>.jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-81817774393607910612010-01-10T16:56:00.000-08:002010-01-10T16:59:18.400-08:00Cerita Gadis Belia<a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">Cerita seks terlengkap</a>. Cerita ini bermula ketika aku berumur 32 tahun, aku waktu itu sudah bekerja sebagai kepala bagian di sebuah perusahaan BUMN, penghasilanku lebih dari cukup. Apapun bisa kupenuhi, hanya satu yang belum dapat kuraih, yaitu kebahagiaan keluarga, atau dengan kata lain punya istri dan punya anak. Aku hidup sebagai bujangan, kadang untuk memenuhi hasrat biologisku, aku mencarter wanita malam yang kesepian.<br /><br />Ketika itu aku masih kost di kota A, kota yang indah dan tidak terlalu ramai, sebab di kota A itulah aku bekerja. Aku kost di rumah seorang ibu muda dengan satu anak gadisnya. Sebut saja ibu muda itu adalah Tante Linda, dan anak gadisnya yang masih 12 tahun usianya dan duduk di bangku SMP kelas 1, namanya Lia. Suami Tante Linda, sebut saja Oom Joko bekerja di ibukota, di suatu instansi pemerintah, dan mempunyai jabatan strategis. Setiap 2 minggu sekali, Oom Joko pulang ke kota A, aku sendiri cukup akrab dengan Oom Joko, umurku dengannya tidak terlalu terpaut jauh. Oom Joko aku taksir baru berumur sekitar 35 tahun, sedangkan Tante Linda justru lebih tua sedikit, 37 tahun. Aku menyebut mereka Oom dan Tante, sebab walaupun beda umur antara aku dan mereka sedikit, tetapi mereka sudah berkeluaga dan sudah punya seorang anak gadis.<br /><br />Tante Linda merupakan seorang sekretaris di sebuah perusahaan otomotif di kota B yang jaraknya tidak begitu jauh dari kota A. Tante Linda berangkat pagi dan pulang malam, begitu seterusnya setiap harinya, sehingga aku kurang begitu dekat dengan Tante Linda. Justru kepada anak gadisnya yang masih SMP yang bernama Lia, aku merasa dekat. Sebab pada hari-hari kosongku, Lia lah yang menemaniku.<br /><br />Selama tinggal serumah dengan Tante Linda dan anak gadisnya, yaitu Lia, aku tidak pernah berpikiran buruk, misalnya ingin menyetubuhi Tante Linda atau yang lainnya. Aku menganggapnya sudah seperti kakak sendiri. Dan kepada Lia, aku juga sudah menganggapnya sebagai keponakanku sendiri pula. Sampai akhirnya ketika suatu hari, hujan gerimis rintik-rintik, pekerjaan kantor telah selesai aku kerjakan, dan saat itu hari masih agak siang. Aku malas sekali ingin pulang, lalu aku berpikir berbuat apa di hari seperti ini sendirian. Akhirnya aku putuskan meminjam kaset VCD Blue Film yang berjudul Tarzan X ke rekan kerjaku. Kebetulan dia selalu membawanya, aku pinjam ke dia, lalu aku cepat-cepat pulang. Keadaan rumah masih sangat sepi, sebab Lia masih sekolah, dan Tante Linda bekerja. Karena aku kost sudah cukup lama, maka aku dipercaya oleh Oom Joko dan Tante Linda untuk membuat kunci duplikat. Jika sewaktu-waktu ada perlu di rumah, jadi tidak harus repot menunggu Lia pulang ataupun Tante Linda pulang.<br /><br />Aku sebetulnya ingin menyaksikan film tersebut di kamar, entah karena masih sepi, maka aku menyaksikannya di ruang keluarga yang kebetulan tempatnya di lantai atas. Ah.. lama juga aku tidak menyaksikan film seperti ini, dan memang lama juga aku tidak ML (making love) dengan wanita malam yang biasa kupakai akibat stres karena kerjaan yang tidak ada habis-habisnya.<br /><br />Aku mulai memutar film tersebut, dengan ukuran TV Sony Kirara Baso, seakan aku menyaksikan film bioskop, adegan demi adegan syur membuatku mulai bernafsu dan membuat batang kemaluanku berontak dari dalam celanaku. Aku kasihan pada adik kecilku itu, maka kulepaskan saja celanaku, kulepaskan juga bajuku, sehingga aku hanya menggunakan kaos singlet ketat saja. Celana panjang dan celana dalamku sudah kulepaskan, maka mulai berdiri dengan kencang dan kokohnya batang kemaluanku yang hitam, panjang, besar dan berdenyut-denyut. Aku menikmatinya sesaat, sampai akhirnya kupegangi sendiri batang kemaluanku itu dengan tangan kananku. Mataku tetap konsentrasi kepada layar TV, melihat adegan-adegan yang sudah sedemikian panasnya. Tarzan yang bodoh itu sedang diajari oleh wanitanya untuk memasukkan batang kemaluannya itu ke lubang kemaluan si wanita.<br /><br />Batang kemaluan yang dari tadi kupegangi, kini telah kukocok-kocok, lambat dan cepat silih berganti gerakanku dalam mengocok. Setelah sekian lama, aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan cairan mani yang ingin keluar.<br />Lalu, "Ahh.. crrott.. ccroott..," aku sudah menyiapkan handuk kecil untuk menampung cairan mani yang keluar dari lubang kencing kemaluanku. Sehingga cairan itu tidak muncrat kemana-mana.<br />Ternyata tanpa sepengetahuanku, ada sepasang mata melihat ke arahku dengan tidak berkedip, sepasang mata itu rupanya melihat semua yang kulakukan tadi. Aku baru saja membersihkan batang kemaluanku dengan handuk, lalu sepasang mata itu keluar dari persembunyiannya, sambil berkata kecil.<br /><br />"Oom Agus, lagi ngapain sih, kok main-main titit begitu, emang kenapa sih?" kata suara kecil mungil yang biasa kudengar.<br />Bagaikan disambar geledek di siang hari, aku kaget, ternyata Lia sudah ada di belakangku. Aku gugup akan bilang apa, kupikir anak ini pasti sudah melihat apa yang kulakukan dari tadi.<br />"Eh, Llliiaa.. baru pulang?" sahutku sekenanya.<br />"Iya nih Oom, ngga ada pelajaran." tukas Lia, lalu Lia melanjutkan perkataannya, "Oom Agus, Lia tadi kan nanya, Oom lagi ngapain sih, kok mainin titit gitu?"<br />"Oohh ini..," aku sudah sedikit bisa mengontrol diri, "Ini.. Oom habis melakukan olahraga, Lia."<br />"Ooohh.. habis olahraga yaa..?" Lia sedikit heran.<br />"Iya kok.. olahraga Oom, ya begini, sama juga dengan olahraga papanya Lia." jawabku ingin meyakinkan Lia.<br />"Kalo olahraga Lia di sekolah pasti sama Pak guru Lia disuruh lari." Lia menimpali.<br />"Itu karena Lia kan masih sekolah, jadi olahraganya harus sesuai dengan petunjuk Pak guru." jawabku lagi.<br /><br />"Oom, Lia pernah lihat papa juga mainin titit persis seperti yang Oom Agus lakukan tadi, cuma bedanya papa mainin tititnya sama mama." Lia dengan polosnya mengatakan hal itu.<br />"Eh, Lia pernah lihat papa dan mama olahraga begituan?" aku balik bertanya karena penasaran.<br />"Sering lihat Oom, kalo papa pulang, kalo malem pasti melakukannya sama mama." ujar Lia masih dengan polosnya menerangkan apa yang sering dilihatnya.<br />"Seperti ini yaa..?" sambil aku menunjuk ke cover gambar film Tarzan X, gambar Tarzan dengan memasukkan batang kemaluannya ke lubang kelamin wanitanya.<br />"Iya Oom, seperti apa yang di film itu lho!" jawab Lia, "Eh.. Oom, bagus lho filmnya, boleh ngga nih Lia nonton, mumpung ngga ada mama?"<br />"Boleh kok, cuma dengan syarat, Lia tidak boleh mengatakan hal ini sama papa dan mama, oke?" aku memberi syarat dengan perasaan kuatir jika sampai Lia cerita pada mama dan papanya.<br />"Ntar Oom beliin coklat yang banyak deh." janjiku.<br />"Beres Oom, Lia ngga bakalan cerita ke mama dan papa." dengan santai Lia menjawab perkataanku, rupanya Lia langsung duduk di sofa menghadap ke TV.<br /><br />Kuputar ulang lagi film Tarzan X tersebut, dan Lia menontonnya dengan sepenuh hati, adegan demi adegan dilihatnya dengan penuh perhatian. Aku sendiri termenung menyaksikan bahwa di depanku ada seorang gadis kecil yang periang dan pintar sedang menonton blue film dengan tenangnya. Sedangkan aku sendiri masih belum memakai celanaku, ikut melihat lagi adegan-adegan film Tarzan X itu, membuat batang kemaluanku tegang dan berdiri kembali, kubiarkan saja. Lama kelamaan, aku tidak melihat ke arah film Tarzan X itu, pandanganku beralih ke sosok hidup yang sedang menontonnya, yaitu Lia.<br /><br />Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar. Tidak terasa, selesailah film tersebut. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.<br />"Oom, tuh tititnya berdiri lagi." kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.<br />"Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?" jawabku santai.<br />"Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih." Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.<br /><br />"Pertanyaannya apa?" tanyaku.<br />"Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke.. apa tuh, Lia ngga ngerti?" tanya Lia.<br />"Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?" jawabku menerangkan.<br />"Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama." Lia membenarkan jawabanku.<br />"Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa." kataku memberi penjelasan ke Lia.<br />"Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?" tanya Lia lagi.<br />Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.<br /><br />"Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa." jelasku.<br />Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.<br />"Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak." tambahku.<br />"Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis." Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.<br />"Emang gitu kok. Ee.., mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?" aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa.<br /><br />"Ayolah!" Lia mengiyakan.<br />Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.<br /><br />Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja.<br /><br />Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.<br /><br />Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya.<br /><br />"Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom."<br />Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.<br />"Oke, sekarang dimulai yaa..?"<br />Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini.<br /><br />Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.<br />Setelah puas aku menciuminya, "Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia?" tanyaku meminta.<br />"Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama." kata Lia sedikit protes.<br />"Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak." kilahku meyakinkan Lia.<br />"Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja." jawab Lia akhirnya memperbolehkan.<br />"Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara." jawabku lagi.<br /><br />Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.<br />"Oom, kok enak banget nihh.. oohh.. enakk.." desah Lia keenakan.<br />Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.<br /><br />"Lia, kocok dong tititnya Oom Agus." aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.<br />Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.<br /><br />Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.<br />"Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinn.." pinta Lia.<br />Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.<br />"Oomm.. sshh.. Lia mau pipis nich.."<br />Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.<br />"Tahan dikit Lia.. tahan yaa.." sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.<br />"Udah ngga tahan nich Oomm.. aahh.."<br />Tubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya.<br /><br />Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.<br />"Oohh.. Oom Agus.. Lia merasa lemes dan enak sekali.. apa sih yang barusan Lia alami, Oom..?" tanya Lia antara sadar dan tidak.<br />"Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?" tanyaku.<br />"Iya.. iya.. pingin Oom.." jawabnya langsung.<br />Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar.<br /><br />Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.<br />"Lia.. tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?" bujukku.<br />"Iya Oom, mau dong.." Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.<br />"Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia" kataku lagi menjelaskan.<br />"Final?" Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.<br />"Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi." akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.<br />"Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu.." Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.<br />"Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?" pintaku lagi.<br />"Iya deh Oom.." Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.<br /><br />Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat.<br />"Bluss.."<br />Lia menjerit cukup keras, "Ooomm.. tititnya sudaahh masuk.. kkaahh?"<br />"Udah sayang.. tahan ya.." kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.<br /><br />Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya.<br /><br />Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.<br /><br />Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat.<br />"Crrutt.. crrutt.."<br />Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.<br />Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda.<br /><br />Kira-kira sudah berjalan setengah tahun lamanya, Lia sudah sangat pintar untuk ukuran gadis seusianya dalam melakukan olahraga senggama. Aku pun sangat memanjakannya, uang yang biasa kuhamburkan untuk membayar wanita malam, kuberikan ke Lia. Untuk menghindari kecurigaan orang tuanya, uang itu kubelikan hal-hal yang Lia suka, seperti makanan, mainan dan masih banyak lagi.<br /><br />Sekarang Lia sudah kelas 2 SMP, naik kelas dengan nilai yang bagus, apa yang kulakukan dengan Lia tidak mempengaruhi belajarnya. Inilah yang membuat aku semakin sayang, dan sampai suatu saat, Tante Linda diharuskan pergi beberapa hari lamanya ke ibu kota untuk menemani Oom Joko menghadiri resepsi-resepsi pernikahan dari rekan-rekan kerja Oom Joko yang kebetulan berurutan tanggalnya. Aku ditinggal berdua di rumah dengan Lia, memang sudah terlalu biasa, sedikit bedanya adalah sekarang sudah super bebas, tidak mengkhawatirkan kalau-kalau Tante Linda pulang dari kerja.<br /><br />Lia pernah menjanjikan kepadaku akan membawa teman-teman akrabnya main ke rumah untuk diajarkan olahraga senggama. Dan saat yang tepat adalah sekarang, dimana Tante Linda tidak akan ada di rumah untuk beberapa hari, dan Lia juga mulai libur karena kelasnya dipakai untuk testing uji coba siswa kelas 3. Sangat kebetulan sekali kalau hari ini sabtu, sekolah Lia pulang sangat awal dikarenakan guru-guru sibuk menyiapkan bahan untuk testing uji coba siswa kelas 3. Lia telpon ke kantorku, menanyakan apakah aku bisa pulang cepat atau tidak. Lia juga mengatakan kalau dia membawa teman-temannya seperti yang telah dijanjikannya.<br /><br />Kontan saja mendengar kabar itu, aku langsung ijin pulang. Sebelum pulang ke rumah kusempatkan mampir ke apotik untuk membeli sejumlah obat-obatan yang kuperlukan nantinya, aku ingin penantian yang begitu lamanya, di hari ini akan terlaksana.<br /><br />Sesampainya di rumah, benar saja, ada tiga gadis teman akrab Lia, mereka semua cantik-cantik. Tidak kalah cantik dengan Lia. Gadis pertama bernama Anna, wajahnya cantik, hidungnya mancung, rambutnya lurus potongan pendek, tubuhnya tidak terlalu kurus, senyumnya selalu menghiasi bibirnya yang sensual, payudaranya kelihatan belum tumbuh akan tetapi satu yang membuat aku heran, dari benjolan bajunya, kutahu kalau itu puting susunya Anna, sepertinya lumayan besar. Tetapi masa bodo, yang penting miliknya bisa dinikmati. Anna ini sepertinya tomboy, wow, kuat juga nih senggamanya, pikiran kotorku muncul mendadak.<br /><br />Lalu gadis kedua bernama Indah, wajahnya mirip Lia, hidungnya mancung, rambutnya lurus panjang sebahu, agaknya lumayan pendiam, tubuhnya sedikit lebih besar dibandingkan dengan Lia dan Anna, payudaranya sudah sedikit tumbuh, terlihat dari permukaan bajunya yang sedikit membukit, lumayan bisa buat diremas-remas, sebab tanganku sudah lama tidak meremas payudara montok.<br /><br />Gadis yang ketiga, inilah yang membuatku terpana, namanya Devi. Ternyata Devi ini masih keturunan India, cantik sekali, rambutnya pendek, hidungnya sangat mancung, dan sepertinya sedikit cerewet. Tubuhnya sama dengan Lia, kecil dan imut, payudaranya kurasa juga belum tumbuh. Sekilas, puting susunya saja belum terlihat.<br /><br />Aku pulang tidak lupa dengan membawa oleh-oleh yang sengaja kubeli, aku manjakan mereka semua sesuai dengan pesan Lia. Teman-temannya ingin melihat olahraga senggama yang sering Lia lakukan. Lia memang sedikit ceroboh, membocorkan hal-hal seperti ini, tetapi Lia menjamin, karena ketiga gadis itu adalah sahabat sejatinya.<br /><br />Singkat waktu, malam pun tiba. Ketiga gadis teman Lia itu sudah berencana untuk menginap di rumah Lia, sebab besoknya adalah minggu, alias libur, seninnya juga masih libur dan lagi mereka pun sudah ijin kepada orang tuanya masing-masing untuk menginap di tempatnya Lia, alasannya menemani Lia yang ditinggal mamanya ke luar kota.<br /><br />Pertama sekali, aku diperkenalkan Lia kepada ketiga temannya, dan tidak ada basa-basi seperti apa yang kulakukan kepada Lia dulu. Aku meminta Lia memutarkan film Tarzan X kesukaannya kepada ketiga temannya itu. Gadis-gadis kecil itu rupanya sudah menantikan. Menonton pun dengan konsentrasi tinggi layaknya sedang ujian. Aku takjub melihat mereka, dan justru cekikikan sendiri melihat adegan demi adegan, sepertinya ketiga teman Lia itu sudah pernah melihat yang sesungguhnya atau pemandangan yang nyata.<br /><br />Setelah film usai, aku lalu beranikan diri bertanya ke mereka. Pertama sekali adalah ke Anna yang aku nilai paling berani.<br />"Anna, Oom penasaran, kayaknya Anna sering lihat olahraga begituan?" tanyaku penuh selidik.<br />"Iya benar kok Oom.. Anna sering lihat olahraga begitu, terlebih kakak Anna sama pacarnya, mereka selalu berbuat begituan di rumah" jawab Anna jujur menjelaskan dan membenarkan.<br />"Hah? Masak sih di rumah.." tanyaku lagi dengan heran.<br />"Iya, bener kok Oom, sebab papa dan mama Anna kan ngga tinggal di sini" Anna menjawab keherananku.<br />"Oohh.." aku hanya bisa manggut-manggut.<br />"Emang sih, Anna lihatnya dengan sembunyi-sembunyi, sebab merasa penasaran sebenarnya apa sih yang kakak Anna lakukan bersama pacarnya? Ternyata seperti di film Tarzan itu Oom.." Anna menjawab dengan menerangkan tanpa merasa aneh atau bahkan malu.<br /><br />Lalu aku selanjutnya bertanya kepada Indah. Indah sedikit tergagap sewaktu kutanya, ternyata Indah sendiri sudah mengetahui hal begituan secara tidak sengaja sewaktu sedang menjemur pakaian di loteng rumahnya. Indah bercerita, tanpa sengaja dia melihat di halaman belakang tetangganya, ada yang sedang bermain seperti yang dilakukan di dalam film Tarzan X tersebut. Intinya Indah tahu kalau titit itu bisa dimasukkan ke lubang wanita.<br /><br />Terakhir aku bertanya ke Devi, dengan polosnya Devi mengungkapkan kalau dia mengetahui hal-hal begituan dari melihat apa yang papa dan mamanya lakukan ketika malam hari. Sama seperti dengan pengalaman Lia pertama kali melihat hal itu.<br /><br />Setelah aku mendengar cerita mereka, aku menawarkan, apakah mereka ingin melihat langsung, kompak sekali mereka bertiga menjawab ya. Lalu aku bertanya sekali lagi, apakah mereka ingin merasakannya juga, sekali lagi dengan kompaknya, mereka bertiga menjawab ya.<br />"Kalo begitu.. Oom mulai sekarang ya..?" jantungku berdegup kencang karena girang yang tiada tara, aku tidak mengira akan semulus ini.<br />Aku akhirnya melepaskan seluruh pakaian yang kukenakan, sesuai dengan rencana, aku akan memamerkan olahraga senggama itu berpasangan dengan Lia, dan sebetulnya Lia yang mempunyai ide merencanakan itu semua.<br /><br />Bersambung Brojojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-64838198206108742532009-12-27T08:38:00.000-08:002009-12-27T08:59:12.673-08:00Cerita seks ku dengan Putri<a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">Cerita seks terlengkap</a>. Ini merupakan pengalaman bondage pertama kali saya bersama seseorang. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2002. Ketika itu saya masih menjadi staff baru disebuah perusahaan advertising, yang letaknya di daerah kali bata. Dan saya merupakan staff yang paling muda usianya di kantor tersebut.<br /><br />Perusahaan tersebut masih tergolong kecil karena staff nya kurang lebih 15 orang. Struktur organisasinya juga sangat sederhana, komisaris, direksi, manager dan bawahan. Kebetulan saya diposisikan pada divisi baru, sehingga saya di bawah direksi saya. Namun karena direksi saya sering keluar kota, maka saya dialihkan ke manager marketing. Namanya Mba Putri.<br /><br />Mba Putri ini umurnya ga jauh dari aku, hanya selisih 2 tahun saja. Semula karena dia atasan saya, maka saya panggil dia dengan sebutan ibu. Namun dia keberatan sehingga menyuruh saya panggil mba saja. Meski mba Putri ini sudah menikah namun masih terlihat seperti gadis muda. Ditambah dandanannya yang selalu tampil modis dan sexy.<br /><br />Divisi saya ini adalah divisi baru yang pada saat itu lagi banjir order. Tak jarang pula aku harus menemani mba Putri ke client jika client membutuhkan informasi yang lebih detil. Sering juga pulang hingga larut malam. Berhubung arah rumah kami sama, maka sering juga saya pulang bareng dia.<br /><br />Pada suatu ketika, dia mengajak saya untuk makan dulu sebelum pulang. Aku iyain saja karena aku sendiri juga lapar pada saat itu. Tidak lama setelah makan, kami pulang, namun entah kenapa dia memutar. Begitu saya tanyakan, ternyata dia lagi males pulang. Dan dia meminta saya untuk menemani nya sebentar.<br /><br />Namun ditengah perjalanan yang entah ga ada tujuannya, dia curhat, dan bilang kalau senang bersama saya saat ini. Aku tidak menaruh curiga apapun. Namun dia mengejutkan saya ketika dia bilang dia suka saya. Pernyataan tersebut membuat saya diam beberapa saat. Namun mba Putri dengan sabar dan lembut menerangkan kalau hubungan ini pasti akan senang sama senang.<br /><br />Dan jawaban iya dari ku pun terucap seyara dia berjanji akan memberikan apa yang saya mau asalkan aku juga memberikan apa yang dia mau. Dengan dasar sayang sama sayang tentunya.<br /><br />Keputusan itu bukan keputusan yang mudah, karena mba Putri sudah menikah. Dan itu yang membuatku pusing memikirkannya. Ditambah lagi dia mengajak untuk pergi ke surabaya. Malam itu juga.<br /><br />Dengan terpaksa aku menemi dia, karena mobil sudah berada dalam tol gempol. Untung nya hari itu adalah jumat, sehingga besok tidak harus masuk kerja.<br /><br />Keluar dari jalan tol langsung ke menuju hotel, tepat nya di Novotel surabaya. Aku hanya terima beres saat itu, karena aku ga tau harus berbuat bagaimana.<br /><br />Sesampainya dikamar, mba Putri nyuruh aku mandi, sementara dia nonton tv. Namun tidak lama dia mengetok kamar mandi ku. Seraya berkata "aku boleh join ga?". Aku ga bisa berkomentar lagi pada saat itu, entah kenapa aku sangat cuek mengijinkan dia ikutan mandi.<br /><br />Dan mandilah kami berdua di shower, diiringi dengan canda "nakal". Dia sering menyentuh kemaluanku dan begitu juga aku menyentuh kemaluan dia membalas.<br /><br />Perasaan malu ternyata tidak berlaku untuk mr. p ku. Meski hal ini bukan merupakan yang pertama kali, namun kejadian ini sangat cepat dan mengejutkan. Ditambah ketika canda "nakal" kami mulai menjurus ke hal-hal yang lebih meningkat. Aku disuruh dia memeluk dia dari belakang, meremas2 dada dia di bawah pancuran shower.<br /><br />Ternyata tak cukup sampai disitu, dia menyuruhku untuk memukul mukul pantat dia, sambil memaki-maki dia pelacur. Dan entah kenapa pada saat itu aku melakukannya dan menikmatinya. Perintah demi perintah dari dia aku lakukan, mulai dari menjambak, meremas-remas dada dia dengan kasar, memukul-mukul pantatnya, memaki sampai meludahi muka dan ms. V nya.<br /><br />Keluar dari kamar mandi pun aku disuruh menyeret dia bagaikan binatang. Aku jambak rambut dia, dengan tubuh yang masih basah keluar dari kamar mandi.<br /><br />Mulutnya pun di sumbat dengan cd dia, sehingga hanya terdengar erangan-erangan saja dari mulut mba Putri.<br /><br />Sesampainya dia merangkak dari kamar mandi ke tempat tidur, dia menyuruh ku untuk duduk di pinggir tempat tidur, dia pun bergerak menuju pangkuanku. Dengan posisi terlungkup sehingga hanya punggung yang di atas, dengankan dadanya dipangkuanku. Dia menyuruhku memukul pantatnya, dan aku pun memukul pantatnya. Pukulan demi pukulanku mendarat di pantatnya, dan dia pun pengejang diiringi erangan dari mulut nya yang tersumbat. Pukulan ku semakin mengeras sehingga membuat pantat nya agak memerah.<br /><br />Setelah dia terengah-engah, dia memintaku untuk mengikat lehernya dengan gesper ku. Tidak kencang memang, namun cukup lumayan ngepas di leher. Lalu aku suruh menuntun dia keliling ruangan. Agak aneh perasaan ku saat itu, namun aku menyukainya. Apalagi melihat dia begitu mendalami dan begitu menyukainya, makin membuatku tambah horny. Melihat nya meliuk-liuk merangkak dilantai, membuatku ingin melakukan sesuatu padanya. Aku pukul-pukul pantatnya sehingga membuatnya merangkak maju. Aku jambak rambut nya dan meludahi mukanya. Aku periksa bagian belakang dia, aku angkat kakinya satu ke atas sehingga aku bisa merika bagian kemaluan dia, seakan-akan memeriksa binatang. Namun yang kudapat respon yang sangat luar biasa dari mba Putri. Sangat diluar dugaan aku. Rintihan dan desahannya sangat membangkitkan nafsuku.<br /><br />Setelah selesai aku memeriksa dia, aku berdiam diri karena aku ga tau harus berbuat apa. Namun mba Putri membalikkan badan ke arah ku, merangkak dan menciumi kakiku. Dan berkata "tuan, jadikan aku budak kamu, mau kan tuan ? saya mohon .... ". "Saya akan turuti semua kemauan tuan" lanjutnya. Well aku ga tau harus berkata apa lagi. Dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. "Saya mohon tuan, jadikan saya budak tuan, .. saya ingin berbakti kepada tuan." Lanjutnya dia memohon.<br /><br />Saya bingung dan tak tau harus bagaimana, karena melasnya dia dan sampai <span style="font-weight:bold;">cerita seks</span> ini terus berlanjut.jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-59515858977397489892009-12-24T01:44:00.000-08:002009-12-24T01:47:52.644-08:00Aku bercinta dengan pembantu<div style="text-align: justify;">Lanjut lagi cerita seks dari kami. Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Sebetulnya aku sudah menikah, bahkan rasanya istriku tahu akan hobiku mencari daun-daun muda untuk "obat awet muda". Dan memang pekerjaanku menunjang untuk itu, baik dari segi koneksi maupun dari segi finansial. Namun semenjak istriku tahu aku memiliki banyak sekali simpanan, suatu hari ia meninggalkanku tanpa pamit. Biarlah, malah aku bisa lebih bebas menyalurkan hasrat.<br /><br />Karena pembantu yang lama keluar untuk kawin di desanya, aku terpaksa mencari penggantinya di agen. Bukan saja karena berbagai pekerjaan rumah terbengkalai, juga rasanya kehilangan "obat stress". Salah seorang calon yang menarik perhatianku bernama Ningsih, baru berusia (hampir) 16 tahun, berwajah cukup manis, dengan lesung pipit. Matanya sedikit sayu dan bibirnya kecil seksi. Seandainya kulitnya tidak sawo matang (meskipun bersih dan mulus juga), dia sudah mirip-mirip artis sinetron. Meskipun mungil, bodinya padat, dan yang terpenting, dari sikapnya aku yakin pengalaman gadis itu tidak sepolos wajahnya. Tanpa banyak tanya, langsung dia kuterima.<br /><br />Dan setelah beberapa hari, terbukti Ningsih memang cukup cekatan mengurus rumah. Namun beberapa kali pula aku memergokinya sedang sibuk di dapur dengan mengenakan kaos ketat dan rok yang sangat mini. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku mendekat dari belakang dan kucubit paha gadis itu. Ningsih terpekik kaget, namun setelah sadar majikannya yang berdiri di belakangnya, ia hanya merengut manja.<br /><br />Sore ini sepulang kerja aku kembali dibuat melotot disuguhi pemandangan yang 'menegangkan' saat Ningsih yang hanya berdaster tipis menungging sedang mengepel lantai, pantatnya yang montok bergoyang kiri-kanan. Tampak garis celana dalamnya membayang di balik dasternya. Tidak tahan membiarkan pantat seseksi itu, kutepuk pantat Ningsih keras-keras.<br /><br />"Ngepel atau nyanyi dangdut sih? Goyangnya kok merangsang sekali!"<br />Ningsih terkikik geli mendengar komentarku, dan kembali meneruskan pekerjaannya. Dengan sengaja pantatnya malah digoyang semakin keras.<br /><br />Geli melihat tingkah Ningsih, kupegang pantat gadis itu kuat-kuat untuk menahan goyangannya. Saat Ningsih tertawa cekikikan, jempolku sengaja mengelus selangkangan gadis itu, menghentikan tawanya. Karena diam saja, perlahan kuelus paha Ningsih ke atas, menyingkapkan ujung dasternya."Eh.. Ndoro.. jangan..!" cegah Ningsih lirih.<br />"Nggak pa-pa, nggak usah takut, Nduk..!"<br />"Jangan, Ndoro.. malu.. jangan sekarang..!"<br />Dengan tergesa Ningsih bangkit membereskan ember dan kain pel, lalu bergegas menuju ke dapur.<br /><br />Malam harinya lewat intercom aku memanggil Ningsih untuk memijat punggungku yang pegal. Seharian penuh bersidang memang membutuhkan stamina yang prima. Agar tenagaku pulih untuk keperluan besok, tidak ada salahnya memberi pengalaman pada orang baru.<br /><br />Gadis itu muncul masih dengan daster merah tipisnya sambil membawa minyak gosok. Ningsih duduk di atas ranjang di sebelah tubuhku.<br />Sementara jemari lentik Ningsih memijati punggung, kutanya, "Nduk, kamu sudah punya pacar belum..?"<br />"Disini belum Ndoro.." jawab gadis itu.<br />"Disini belum..? Berarti di luar sini sudah..?"<br />Sambil tertawa malu-malu gadis itu menjawab lagi, "Dulu di desa saya pernah, tapi sudah saya putus."<br />"Lho, kenapa..?"<br />"Habis mau enaknya saja dia."<br />"Mau enaknya saja gimana..?" kejarku.<br />"Eh.. itu, ya.. maunya ngajak gituan terus, tapi kalau diajak kawin nggak mau."<br /><br />Aku membalikkan badan agar dadaku juga turut dipijat.<br />"Gituan gimana? Memangnya kamu nggak suka..?"<br />Wajah Ningsih memerah, "Ya.. itu.. ngajak kelonan.. tidur telanjang bareng.."<br />"Kamu mau aja..?"<br />"Ih, enggak! Kalau cuma disuruh ngemut burungnya saja sih nggak pa-pa. Mau sampai selesai juga boleh. Tapi yang lain Ningsih nggak mau..!"<br />Aku tertawa, "Lha apa nggak belepotan..?"<br />"Ah, enggak. Yang penting Ningsih juga puas tapi tetep perawan."<br /><br />Aku semakin terbahak, "Kalau kamu juga puas, terus kenapa diputus..?"<br />"Abis lama-lama Ningsih kesel! Ningsih kalau diajak macem-macem mau, tapi dia diajak kawin malah main mata sama cewek lain! Untung Ningsih cuma kasih emut aja, jadi sampai sekarang Ningsih masih perawan."<br />"Main emut terus gitu apa kamu nggak pengin nyoba yang beneran..?" godaku.<br />Wajah Ningsih kembali memerah, "Eh.. katanya sakit ya Ndoro..? Terus bisa hamil..?"<br /><br />Kini Ningsih berlutut mengangkangi tubuhku sambil menggosokkan minyak ke perutku. Saat gadis itu sedikit membungkuk, dari balik dasternya yang longgar tampak belahan buah dadanya yang montok alami tanpa penopang apapun.<br />Sambil tanganku mengelus-elus kedua paha Ningsih yang terkangkang, aku menggoda, "Kalau sama Ndoro, Ningsih ngasih yang beneran atau cuma diemut..?"<br />Pipi Ningsih kini merah padam, "Mmm.. memangnya Ndoro mau sama Ningsih? Ningsih kan cuma pembantu? Cuma pelayan?"<br />"Nah ini namanya juga melayani. Iya nggak?"<br />Ningsih hanya tersenyum malu.<br /><br />"Aaah! Itu kan cuma jabatan. Yang penting kan orangnya..!"<br />"Ehm.., kalau hamil gimana..?"<br />"Jangan takut Nduk, kalau cuma sekali nggak bakalan hamil. Nanti Ndoro yang tanggung jawab.."<br />Meskipun sedikit ragu dan malu, Ningsih menuruti dan menanggalkan dasternya.<br /><br />Sambil meletakkan pantatnya di atas pahaku, gadis itu dengan tersipu menyilangkan tangannya untuk menutupi kemontokan kedua payudaranya. Untuk beberapa saat aku memuaskan mata memandangi tubuh montok yang nyaris telanjang, sementara Ningsih dengan jengah membuang wajah. Dengan tidak sabaran kutarik pinggang Ningsih yang meliuk mulus agar ia berbaring di sisiku.<br /><br />Seumur hidup mungkin baru sekali ini Ningsih merasakan berbaring di atas kasur seempuk ini. Langsung saja kusergap gadis itu, kuciumi bibirnya yang tersenyum malu, pipinya yang lesung pipit, menggerayangi sekujur tubuhnya dan meremas-remas kedua payudaranya yang kenyal menggiurkan. Puting susunya yang kemerahan terasa keras mengacung. Kedua payudara gadis itu tidak terlalu besar, namun montok pas segenggaman tangan. Dan kedua bukit itu berdiri tegak menantang, tidak menggantung. Gadis desa ini memang sedang ranum-ranumnya, siap untuk dipetik dan dinikmati.<br /><br />"Mmmhh.. Oh! Ahh! Oh.. Ndoroo.. eh.. mm.. burungnya.. mau Ningsih emut dulu nggak..?" tanya gadis itu diantara nafasnya yang terengah-engah.<br />"Lepas dulu celana dalam kamu Nduk, baru kamu boleh emut."<br />Tersipu Ningsih bangkit, lalu memelorotkan celana dalamnya hingga kini gadis itu telanjang bulat. Perlahan Ningsih berlutut di sisiku, meraih kejantananku dan mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Sambil menyibakkan rambutnya, gadis itu sedikit terbelalak melihat besarnya kejantananku. Mungkin ia membayangkan bagaimana benda berotot sebesar itu dapat masuk di tubuhnya.<br /><br />Aku segera merasakan sensasi yang luar biasa ketika Ningsih mulai mengulum kejantananku, memainkan lidahnya dan menghisap dengan mulut mungilnya sampai pipinya 'kempot'. Gadis ini ternyata pintar membuat kejantananku cepat gagah.<br />"Ehm.. srrp.. mm.. crup! Ahmm.. mm.. mmh..! Nggolo (ndoro)..! Hangang keyas-keyas(jangan keras-keras)..! Srrp..!"<br />Gadis itu tergeliat dan memprotes ketika aku meraih payudaranya yang montok dan meremasinya. Namun aku tak perduli, bahkan tangan kananku kini mengelus belahan pantat Ningsih yang bulat penuh, terus turun sampai ke bibir kemaluannya yang masih jarang-jarang rambutnya. Maklum, masih perawan.<br /><br />Gadis itu tergelinjang tanpa berani bersuara ketika jemariku menyibakkan bibir kemaluannya dan menelusup dalam kemaluannya yang masih perawan. Merasa kejantananku sudah cukup gagah, kusuruh Ningsih mengambil pisau cukur di atas meja, lalu kembali ke atas ranjang. Tersipu-sipu gadis perawan itu mengambil bantal berusaha untuk menutupi ketelanjangannya.<br /><br />Malu-malu gadis itu menuruti perintah majikannya berbaring telentang menekuk lutut dan merenggangkan pahanya, mempertontonkan rambut kemaluannya yang hanya sedikit. Tanpa menggunakan foam, langsung kucukur habis rambut di selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang karena perih tanpa berani menolak. Kini bibir kemaluan Ningsih mulus kemerah-merahan seperti kemaluan seorang gadis yang belum cukup umur, namun dengan payudara yang kencang.<br /><br />Dengan sigap aku menindih tubuh montok menggiurkan yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun itu. Tersipu-sipu Ningsih membuang wajah dan menutupi payudaranya dengan telapak tangan. Namun segera kutarik kedua tangan Ningsih ke atas kepalanya, lalu menyibakkan paha gadis itu yang sudah mengangkang. Pasrah Ningsih memejamkan mata menantikan saatnya mempersembahkan keperawanannya.<br /><br />Gadis itu menahan nafas dan menggigit bibir saat jemariku mempermainkan bibir kemaluannya yang basah terangsang. Perlahan kedua paha mulus Ningsih terkangkang semakin lebar. Aku menyapukan ujung kejantananku pada bibir kemaluan gadis itu, membuat nafasnya semakin memburu. Perlahan tapi pasti, kejantananku menerobos masuk ke dalam kehangatan tubuh perawan Ningsih. Ketika selaput dara gadis manis itu sedikit menghalangi, dengan perkasa kudorong terus, sampai ujung kejantananku menyodok dasar liang kemaluan Ningsih. Ternyata kemaluan gadis ini kecil dan sangat dangkal. Kejantananku hanya dapat masuk seluruhnya dalam kehangatan keperawanannya bila didorong cukup kuat sampai menekan dasar kemaluannya. Itu pun segera terdesak keluar lagi.<br /><br />Ningsih terpekik sambil tergeliat merasakan pedih menyengat di selangkangannya saat kurenggutkan keperawanan yang selama ini telah dijaganya baik-baik. Tapi gadis itu hanya berani meremas-remas bantal di kepalanya sambil menggigit bibir menahan sakit. Air mata gadis itu tak terasa menitik dari sudut mata, mengaburkan pandangannya. Ningsih merintih kesakitan ketika aku mulai bergerak menikmati kehangatan kemaluannya yang serasa 'megap-megap' dijejali benda sebesar itu. Namun rasa sakit dan pedih di selangkangannya perlahan tertutup oleh sensasi geli-geli nikmat yang luar biasa.<br /><br />Tiap kali kejantananku menekan dasar kemaluannya, gadis itu tergelinjang oleh ngilu bercampur nikmat yang belum pernah dirasakannya. Kejantananku bagai diremas-remas dalam liang kemaluan Ningsih yang begitu 'peret' dan legit. Dengan perkasa kudorong kejantananku sampai masuk seluruhnya dalam selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar kemaluannya disodok.<br /><br />"Ahh.. Ndoro..! Aa.. ah..! Aaa.. ahk..! Oooh..! Ndoroo.. Ningsih pengen.. pih.. pipiis..! Aaa.. aahh..!"<br />Sensasi nikmat luar biasa membuat Ningsih dengan cepat terorgasme.<br />"Tahan Nduk! Kamu nggak boleh pipis dulu..! Tunggu Ndoro pipisin kamu, baru kamu boleh pipis..!"<br />Dengan patuh Ningsih mengencangkan otot selangkangannya sekuat tenaga berusaha menahan pipis, kepalanya menggeleng-geleng dengan mata terpejam, membuat rambutnya berantakan, namun beberapa saat kemudian..<br />"Nggak tahan Ndoroo..! Ngh..! Ngh..! Nggh! Aaaii.. iik..! Aaa.. aahk..!" Tanpa dapat ditahan-tahan, Ningsih tergelinjang-gelinjang di bawah tindihanku sambil memekik dengan nafas tersengal-sengal.<br />Payudaranya yang bulat dan kenyal berguncang menekan dadaku saat gadis itu memeluk erat tubuh majikannya, dan kemaluannya yang begitu rapat bergerak mencucup-cucup.<br /><br />Berpura-pura marah, aku menghentikan genjotannya dan menarik kejantananku keluar dari tubuh Ningsih.<br />"Dibilang jangan pipis dulu kok bandel..! Awas kalau berani pipis lagi..!"<br />Tampak kejantananku bersimbah cairan bening bercampur kemerahan, tanda gadis itu betul-betul masih perawan. Gadis itu mengira majikannya sudah selesai, memejamkan mata sambil tersenyum puas dan mengatur nafasnya yang 'senen-kamis'. Di pangkal paha gadis itu tampak juga darah perawan menitik dari bibir kemaluannya yang perlahan menutup.<br /><br />Aku menarik pinggang Ningsih ke atas, lalu mendorong sebuah bantal empuk ke bawah pantat Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok Ningsih, dan kembali kutancapkan kejantananku dalam liang kemaluan gadis itu. Dengan posisi pantat terganjal, klentit Ningsih yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan lebih nikmat lagi dari yang barusan.<br /><br />"Mau terus apa brenti, Nduk..?" godaku.<br />"Aii.. iih..! He.. eh..! Terus Ndoroo..! Enak..! Enak..! Aahh.. Aii.. iik..!"<br />Tubuh Ningsih yang montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.<br />"Ooo.. ohh..! Ndoroo.., Ningsih pengen pipis.. lagii.. iih..!"<br />"Yang ini ditahan dulu..! Tahan Nduk..!"<br />"Aa.. aak..! Ampuu.. unnhh..! Ningsih nggak kuat.. Ndoroo..!"<br />Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang empuk.<br /><br />Pekikan manja Ningsih semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya. Dengan gemas sekuat tenaga kuremas-remas kedua payudara Ningsih hingga tampak berbekas kemerah-merahan. Begitu kuatnya remasanku hingga cairan putih susu menitik keluar dari putingnya yang kecoklatan.<br />"Ahhk..! Aaa.. aah! Aduu.. uhh! Sakit Ndoroo..! Ningsih mau pipiiss..!"<br /><br />Dengan maksud menggoda gadis itu, aku menghentikan sodokannya dan mencabut kejantanannya justru disaat Ningsih mulai orgasme.<br />"Mau pipis Nduk..?" tanyaku pura-pura kesal.<br />"Oohh.. Ndoroo.. terusin dong..! Cuma 'dikit, nggak pa-pa kok..!" rengek gadis itu manja.<br />"Kamu itu nggak boleh pipis sebelum Ndoro pipisin kamu, tahu..?" aku terus berpura-pura marah.<br />Tampak bibir kemaluan Ningsih yang gundul kini kemerah-merahan dan bergerak berdenyut.<br />"Enggak! Enggak kok! Ningsih enggak berani Ndoro..!"<br /><br />Ningsih memeluk dan berusaha menarik tubuhku agar kembali menindih tubuhnya. Rasanya sebentarlagi gadis itu mau pipis untuk ketiga kalinya.<br />"Kalau sampai pipis lagi, Ndoro bakal marah, lho Nduk..?" kuremas kedua buah dada montok Ningsih.<br />"Engh.. Enggak. Nggak berani." Wajah gadis itu berkerut menahan pipis.<br />"Awas kalau berani..!" kukeraskan cengkeraman tangannya hingga payudara gadis itu seperti balon melotot dan cairan putih susu kembali menetes dari putingnya.<br /><br />"Ahk! Aah..! Nggak berani, Ndoro..!"<br />Ningsih menggigit bibir menahan sakitnya remasan-remasanku yang bukannya dilepas malah semakin kuat dan cepat. Namun gadis itu segera merasakan ganjarannya saat kejantananku kembali menghajar kemaluannya. Tak ayal lagi, Ningsih kembali tergiur tanpa ampun begitu dasar liang kemaluannya ditekan kuat.<br />"Ngh..! Ngh..! Ngghh..! Ahk.. Aaa.. aahh..! Ndoroo.. ampuu.. uun..!"<br />Tubuh montok gadis itu tergerinjal seiring pekikan manjanya.<br /><br />Begitu cepatnya Ningsih mencapai puncak membuat aku semakin gemas menggeluti tubuh perawannya. Tanpa ampun kucengkeram kedua bukit montok yang berdiri menantang di hadapanku dan meremasinya dengan kuat, meninggalkan bekas kemerahan di kulit payudara Ningsih. Sementara genjotan demi genjotan kejantananku menyodok kemaluan gadis itu yang hangat mencucup-cucup menggiurkan, bagai memohon semburan puncak.<br /><br />Gadis itu sendiri sudah tak tahu lagi mana atas mana bawah, kenikmatan luar biasa tidak henti-hentinya memancar dari selangkangannya. Rasanya seperti ingin pipis tapi nikmat luar biasa membuat Ningsih tidak sadar memekik-mekik manja. Kedua pahanya yang sehari-hari biasanya disilangkan rapat-rapat, kini terkangkang lebar, sementara liang kemaluannya tanpa dapat ditahan-tahan berdenyut mencucup kejantananku yang begitu perkasa menggagahinya. Sekujur tubuh gadis itu basah bersimbah keringat.<br /><br />"Hih! Rasain! Dibilang jangan pipis! Mau ngelawan ya..!" Gemas kucengkeram kedua buah dada Ningsih erat-erat sambil menghentakkan kejantananku sejauh mungkin dalam kemaluan dangkal gadis itu.<br />Ningsih tergelinjang-gelinjang tidak berdaya tiap kali dasar kemaluannya disodok. Pantat gadis itu yang terganjal bantal empuk berulangkali tersentak naik menahan nikmat.<br />"Oooh.. Ndoroo..! Ahk..! Ampun..! Ampun Ndoroo..! Sudah..! Ampuu.. unn..!" Ningsih merintih memohon ampun tidak sanggup lagi merasakan kegiuran yang tidak kunjung reda.<br /><br />Begitu lama majikannya menggagahinya, seolah tidak akan pernah selesai. Tidak terasa air matanya kembali berlinang membasahi pipinya. Kedua tangan gadis itu menggapai-gapai tanpa daya, paha mulusnya tersentak terkangkang tiap kali kemaluannya dijejali kejantananku, nafasnya tersengal dan terputus-putus. Bagian dalam tubuhnya terasa ngilu disodok tanpa henti. Putus asa Ningsih merengek memohon ampun, majikannya bagai tak kenal lelah terus menggagahi kegadisannya. Bagi gadis itu seperti bertahun-tahun ia telah melayani majikannya dengan pasrah.<br /><br />Menyadari kini Ningsih sedang terorgasme berkepanjangan, aku tarik paha Ningsih ke atas hingga menyentuh payudaranya dan merapatkannya. Akibatnya kemaluan gadis itu menjadi semakin sempit menjepit kejantananku yang terus menghentak keluar masuk. Ningsih berusaha kembali mengangkang, namun dengan perkasa semakin kurapatkan kedua paha mulusnya. Mata Ningsih yang bulat terbeliak dan berputar-putar, sedangkan bibirnya merah merekah membentuk huruf 'O' tanpa ada suara yang keluar. Sensasi antara pedih dan nikmat yang luar biasa di selangkangannya kini semakin menjadi-jadi.<br /><br />Aku semakin bersemangat menggenjotkan kejantananku dalam hangatnya cengkeraman pangkal paha Ningsih, membuat gadis itu terpekik-pekik nikmat dengan tubuh terdorong menyentak ke atas tiap kali kemaluannya disodok keras.<br />"Hih! Rasain! Rasain! Nih! Nih! Nihh..!" aku semakin geram merasakan kemaluan Ningsih yang begitu sempit dan dangkal seperti mencucup-cucup kejantananku.<br />"Ahh..! Ampuu..uun.. ampun.. Ndoro! Aduh.. sakiit.. ampuu.. un..!"<br /><br />Begitu merasakan kenikmatan mulai memuncak, dengan gemas kuremas kedua payudara Ningsih yang kemerah-merahan berkilat bersimbah keringat dan cairan putih dari putingnya, menumpukan seluruh berat tubuhku pada tubuh gadis itu dengan kedua paha gadis itu terjepit di antara tubuh kami, membuat tubuh Ningsih melesak dalam empuknya ranjang.<br /><br />Pekikan tertahan gadis itu, gelinjangan tubuhnya yang padat telanjang dan 'peret'-nya kemaluannya yang masih perawan membuatku semakin hebat menggeluti gadis itu.<br />"Aduh! Aduu.. uuhh.. sakit Ndoro! Aaah.. aamm.. aammpuun.. ampuu.. uun Ndoro.. Ningsih.. pipii.. iis! Aaamm.. puun..!"<br />Dan akhirnya kuhujamkan kejantananku sedalam-dalamnya memenuhi kemaluan Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu terlonjak dalam tindihanku, namun tertahan oleh cengkeraman tanganku pada kedua buah dada Ningsih yang halus mulus.<br /><br />Tanpa dapat kutahan, kusemburkan sperma dalam cucupan kemaluan Ningsih yang hangat menggiurkan sambil dengan sekuat tenaga meremas-remas kedua buah dada gadis itu, membuat Ningsih tergerinjal antara sakit dan nikmat.<br />"Ahk! Auh..! Aaa.. aauuhh! Oh.. ampuu..uun Ndoro! Terus Ndoro..! Ampuun! Amm.. mmh..!Aaa.. aakh..!"<br /><br />Dengan puas aku menjatuhkan tubuh di sisi tubuh Ningsih yang sintal, membuat gadis itu turut terguling ke samping, namun kemudian gadis itu memeluk tubuhku. Sambil terisak-isak bahagia, Ningsih memeluk tubuhku dan mengelus-elus punggungku.<br /><br />Sambil mengatur nafas, aku berpikir untuk menaikkan gaji Ningsih beberapa kali lipat, agar gadis itu betah bekerja di sini, dan dapat melayaniku setiap saat. Dengan tubuh yang masih gemetar dan lemas, Ningsih perlahan turun dari ranjang dan mulai melompat-lompat di samping ranjang.<br />Keheranan aku bertanya, "Ngapain kamu, Nduk..?"<br />"Katanya.. biar nggak hamil harus lompat.. lompat, Ndoro.." jawab gadis itu polos.<br />Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, melihat cairan kental meleleh dari pangkal paha gadis itu yang mulus tanpa sehelai rambut pun. demikian <a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">cerita seks</a> yang dapat aku ceritakan.<br /></div>jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2270630632410912309.post-80818779420630382212009-12-22T03:02:00.001-08:002009-12-24T01:46:28.663-08:00Cerita seks menarik tentang keperawanan<div style="text-align: justify;"><a href="http://ceritasekscerita.blogspot.com/">Cerita seks</a> menarik tentang keperawanan. Namaku SM dan sekarang umurku baru 19 tahun, dan perawakanku tinggi 171.5 cm dan kulitku sawo matang, sedangkan mataku berwarna coklat, dankisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata sekaligus pengalaman hidupku.......<br /><br />Tahun 2004 yang lalu......<br />Saat ini aku sekolah di salah satu SMK yang ada di tanjung pinang (kepulauan riau). Sekolahku letaknya jauh di luar kota (kira2 20 km dari kota tempat tinggalku), dan sehari-hari aku pergi menggunakan bus jemputan sekolahku, dan dari sinilah kisahku bermula...........<br /><br />Pada suatu siang saat di sekolahan aku dan teman-teman sedang istirahat dikantin sekolah dan sambil bercanda ria, dan saat itu pula ada guruku (berjilbab) sedang makan bersama kami, pada saat itu pula aku merasa sering di lirik oleh ibu itu (panggil saja EKA), bu eka badannya langsing cenderung agak kurus, matanya besar, mulutnya sedikit lebar dan bibirnya tipis, payudaranya kelihatan agak besar, sedangkan pantatnya padat dan seksi, bu eka adalah guru kelasku yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris, dan dalam hal pelajarannya aku selalu di puji olehnya karena nilaiku selalu mendapat 8 (maaf bukan memuji diri sendiri!!)<br /><br />Saat didalam pelajaran sedang berlangsung bu eka sering melirik nakal ke arahku dan terkadang dia sering mengeluarkan lidahnya sambil menjilati bibirnya, dan terkadang dia suka meletakkan jari tangannya di selangkangannya dan sambil meraba di daerah sekitar vaginanya. Dan terkadang saya selalu salah tingkah di buatnya (maklum masih perjaka!!!!), dan kelakuannya hanya aku saja yang tahu.<br /><br />Saat istirahat tiba aku di panggil ke kantor oleh ibu itu, dan saat itu aku di suruh mengikutinya dari belakang. Jarak kami terlalu dekat sehingga saat aku berjalan terlalu cepat sampai-sampai tangan ibu eka tersentuh penisku (karena bu eka kalau berjalan sering melenggangkan tangannya) yang saat itu sedang tegang akibat tingkahnya di kalas. Namun reaksi ibu eka hanya tersenyum dan wajahnya sedikit memerah.<br /><br />Sampai saat aku pulang menaiki bus jemputan kami....<br />Aku dan temanku duduk paling belakang, sedangkan bu eka duduk di kursi deretan paling depan. Saat semua teman-temanku sudah turun semua (saat itu tinggal aku bu Eka dan supirnya) bu eka melirik nakal ke arahku, dan tiba tiba ia langsung pindah duduknya di sebelahku dia duduk paling pojok dekat dinding), dan dia menyuruhku pindah di sebelahnya, dan aku pun menanggapi ajakannya.<br /><br />Saat itu dia meminjan handphone ku , katanya dia mau beli hp yang mirip punyaku (nokia tipe 6600) entah alasan atau apalah....<br />Saat dia memegang hp ku tiba-tiba hp ku berbunyi, dan deringan hp ku saat itu berbubyi desahan wanita saat di kentot.<br />aaaahhhhh....... ahhhhshhhhshshh.... oooooo.... oooooohhhhhh dan seterusnya ternyata temanku yang menelepon.<br />Tanpa basa basi bu eka bilang "apa ngga ada yang lebih hot, ibu mau dong". dengan nada berbisik. Yang membuatku nafsu.<br />"jangan malu-malu tunjukin aja ama ibu..."<br />Saat itu kupasang ear phone dan langsung aku perlihatkan rekaman video porno yang ku dapat dari temanku.<br /><br />Tanpa aku sadari bu eka meraba ******ku yang saat itu sedang tegang-tegangnya, dan dia terkejut, "wooow besar sekali anumu..."<br />Padahal aku punya ngga gede-gede amat, panjangnya 15 cm dan diameternya 2.3 cm aja yaaa standart lahhhh....<br />Dan terjadilah percakapan antara aku dan bu eka:<br /><br />Saat itu dia berbisik padaku "aku masih perawan looo......" di iringi dengan desahan. Lalu jawabku "oh yaaa, saya juga masih perjaka bu..."<br />bu eka: jadi klo gitu kita pertemukan saja antara perjaka dan perawan, pasti nikmat....(tanpa basa basi lagi)<br />lalu jawabku malu<br />aku: "ngga ah bu , saya ngga berani!!"<br />bu eka: "ayolah...(dengan nada memelas)"<br />aku: "tapi di mana bu? (tanyaku!)"<br />bu eka: "di hotel aja biar aman"<br />aku: "tapi saya ngga punya uang bu"<br />bu eka : "ngga apa-apa ibu yang bayarin!!!"<br /><br />Dan saat tiba di kamar hotel ibu itupun langsung beraksi tanpa basa basi lagi.<br />ia melucuti bajunya satu persatu sambil di iringi dengan desahan....<br />yang pertama ia lepaskan adalah jilbab yang menutupi kepalanya, lalu baju, kemudian rok panjangnya. dan tibala saat ia melepaskan bh nya, yang ku lihat saat itu adalah toket ibu yang putih mulus (mungkin karena sering di tutupi kalleeee) dan putingnya yang masih merah.<br />dan pada saat ia mau melepaskan celana dalamnya dia bertanya padaku..<br />"mau bantuin ngga....."<br />lalu hanya ku jawab dengan mengangguk saja.<br />tanpa basa basi juga, aku mulai melepaskan celana dalamnya yang berwarna putis tipis.<br /><br />yang kulihat saat itu adalah jembut tipis saja, lalu aku mulai menyandarkannya di dinding kamar sambil kujilati. da n timbullah suara desahan yang membuata tegang ******ku<br />ah... ahh..... ahhhhshhhh... terruussss....... ohhh...... yeahhh....... oooohhhhh.......<br />au..... udahh dong ibu ngga tahan lagi....<br />ooohhhh..... yeah..... o..o... oo.... ohhhh...<br />tanpa ku sadari ada cairan yang membasahi wajahku. cairan putih ituku hisap dan ku tumpahkan ke dalam mulutnya, ternyata bu eka suka<br />"mau lagi donggg............"<br />lalu aku kembali menghisap pepek bu eka yang basah dan licin kuat-kuat...<br />"aaahhhh.... ahhh... aarrgghh...... uh..uh... uh...uh... ouuu..... yeah.....<br />dan di sela teriiakan kerasnya muncrat lagi cairan putih kental itu dengan lajunya<br />crroot.... crooot.....<br /><br />di saat dia terbaring lemas aku menindih badan bu eka dan selangkangannya ku buka lebar2, lalu ak u mencoba memasukkan ******ku ke dalam pepeknya bu eka<br />dan yang terjadi malah ngga bisa karena sempit.<br />saat ku tekan kepala ******ku sudah masuk setengah dan ibu itu berteriak<br />"ahhhh.... ahhhh.ahhhhh..... ahhhhh........., sakitttt.. ahhh... pelan-pelan dong..."<br />seakan tak perduli kutekan lagi. kali ini agak dalam ternyata seperti ada yang membatasi.<br />ku tekan kuat-kuat<br />"ahhhhhhh....... aaaaaa....... aaaauuuuu......, sakit.... ohh.... oh..... ooghhhhhh..."<br />aku paksakan saja...<br />akhirnya tembus juga.<br />"ahhhhhhhhhh.............. aaaaahhhhhh......, sakitttttttt....."<br />bu eka berteriak keras sekali....<br /><br />Sambil ku dorong kontontolku maju mundur pelan dan ku percepat goyanganku.<br />"aahhhhhh...... auhhhhhhhh..... u.h.... u.u.. hh... a.... u.. u...... hhhhh.hh.h.h. h.........<br />Dia terus menjerit kesakitan, dan sekitar 20 kali goyanganku aku terasa seperti mau keluar. Lalu aku arahkan ******ku ke mulutnya dan....<br />croot.... ..... crroootttt...... sekitar 5 kali muncrat mulut bu eka telah di penuhi oleh spermaku yang berwarna putoh kenta (maklum udah 2 minggu ngga ngocok)<br /><br />Selang beberapa menit aku baru menyadari kalau pepek bu eka mengeluarkan cairan seperti darah.<br />Lalu ibu eka cepat-cepat ke kamar mandi. Setalah keluar dari kamar mandi bu eka langsung menyepong ******ku sambil tiduran di lantai. Ternyata walaupun perawan bu eka pandai sekali berpose.<br />Lalu ku pegang pinggul bu eka dan mengarahkan ke posisi menungging.<br />Lalu aku arahkan ******ku ke pepek bu eka, lalu ku genjot lagi....<br />ohhh..... oh....... o..... h.h.h.h.hh.. h.hhhhh...... h.. hhhhhhh.. hhhhh... yeahhhhh<br />oouu.... yesssss..... ooohhhhh... yeahhhhh...<br />saat aku sudah mulai bosan ku cabut ******ku lalu ku arah kan ke buritnya<br />"sakit ngga....." laluku jawab<br />"paling dikit bu....."<br />aku mencoba memasukkan tetapi ngga bisa karena terlalu sempit lalu bu eka berkakta<br />"ngga apa-apa kok kan masih ada pepekku mau lagi nggaaaa....."<br />laluku kentot lagi pepeknya tapisekarang beda waktu aku memeasukkan ******ku ke dalam, baru sedikit saja sudah di telan oleh pepeknya. Ternyata pepek bu eka mirip dengan lumpur hidup.<br />aku mengarahkan ******ku lagi<br />ahhh... ahhh... ahhh.... ahh.... oooouuuhh..... yeah... ou.... ou... ohhhhhh...<br />dan saat sekitar 15 kali goyangan ku bu eka melepaskan ******ku<br />"aku mau keluar...."<br />lalu ku jawab<br />"aku juga bu...., kita keluarin di dalem aja buu..."<br />"iya deeh jawabnya..."<br />lalu kumasukkan lagi ****** ku kali ini aku menusukknya kuatkuat.<br />aaahhhh....... ahhhh.......... aaaahhhhhh.<br />ooooouuuuuuhhh.....<br />saat teriakan panjang itu aku menyemprotkan spermaku ke dalam pepeknya<br />crroooot.... crootttt...<br />aku mendengar kata-katanya<br />"nikmat sekali......."<br />Dan aku pun tidur sampai pagi dengan menancapkan ******ku di dalam pepeknya dengan posisi berhadapan ke samping , sekian cerita kami, nantikan nanti cerita lainnya.<br /></div>jojonhttp://www.blogger.com/profile/13752735312234049440noreply@blogger.com2